Jumat, 12 Juli 2013

My Cerpen : Hey Gadis!


Hey Gadis!

Pagi yang cerah di SMA Cinderawasih, menghasilkan semangat baru bagi siswa dan siswinya. Tak terkecuali Aleta. Ia memang sangat menantikan hari ini. Hari ini ia akan dilantik sebagi anggota OSIS pada saat Upacara Bendera. Dan tak tanggung-tanggung, jabatan yang di embannya adalah jabatan Wakil Ketua OSIS. Sangat hebat memang, mengingat bahwa baru kemarin ia menyelesaikan MOS. Ya, Aleta Alaira siswa kelas sepuluh, yang langsung masuk peringkat ke 5 pada seleksi pertama anggota OSIS.
 Gadis itu memang berbakat, mengingat ia sudah mengalahkan kandidat-kandidat calon anggota lainnya yang rata-rata kelas sebelas. Dan yang lebih ‘WOW’-nya lagi, pada seleksi kedua ia menduduki peringkat pertama dan hanya ia satu-satunya calon anggota OSIS kelas sepuluh. Yah meskipun jabatan Ketua OSIS bukan ia yang memegang tapi, ia sudah cukup berbangga hati akan jabatan yang akan di serahkan kepadanya itu.
Upacara pelantikan segera berlangsung. Dengan semangat 45, ia mengucapkan sumpah dan janjinya pada organisasi sekolah itu. Selempang tanda pelantikan sudah dikenakannya, dengan itu ia sudah resmi menjadi Wakil Ketua OSIS di SMA Cinderawasih. Ia menunjukan senyum terindahnya pada kedua sahabatnya yang baru dikenalnya di SMA itu, Andien dan Riska, yang berada di barisan pleton. Mereka sangat mendukung Aleta, karena ia telah membawa nama baik kelas X-A, kelas mereka. Sebenarnya Andien dan Riska juga kandidat calon pengurus OSIS, hanya sayang mereka gugur terlebih dahulu pada seleksi pertama.
Seusai upacara pelantikan, seluruh anggota OSIS akan mengadakan perkenalan diri di ruang rapat. Dengan sigap, Aleta mengikuti kedua guru pembinanya menuju ruang tersebut.  Jantung Aleta berdegup kencang ketika ia melenggang masuk ke ruangan itu. Tapi karena suasana hatinya sedang baik, dengan percaya diri ia menduduki kursi Wakil Ketua OSIS.
Andika Ramadenny atau yang lebih dikenal dengan Denny adalaha Ketua OSIS  baru di SMA Cinderawasih. Ia juga yang membuat Aleta kagum karena KETOS-nya itu susah untuk dikalahkan pada tahap seleksi. Tanpa ia sadari, gadis itu tersenyum menatap Sang Ketua. Denny yang sadar di tatap seperti itu hanya bisa membalas senyum pada gadis yang tersenyum padanya. Muka Aleta memerah karena malu. Jelas saja, karena ketidak sengajaannya ia mendapatkan senyum dari seorang cowok alias Si Ketua OSIS.  Akibatnya, pada saat memperkenalkan diri ia jadi salah tingkah. Suaranya parau seperti orang sakit, pandangannya terarah ke langit-langit ruangan dan ketika selesai, ia hanya tertunduk lesu.
Hari itu adalah hari pertama sekolah setelah libur semester , wajar saja jika masih belum ada pelajaran yang sibuk seperti biasanya. Jam sudah menunjukan pukul Sembilan empat lima, dan para murid sudah boleh di pulangkan. Aleta sudah biasa pulang bersama Riska karena memang rumah mereka berdekatan. Hati Aleta mencelos ketika tahu rekan seperjalanannya ditambah dengan Denny. Rupanya rumah Sang Ketua OSIS searah jalan dengannya. Aleta kembali tertunduk malu. Berbeda dengan Aleta, Riska malah ngobrol santai dengan Denny. Seolah hubungan mereka berdua sudah sangat dekat layaknya adik kakak.
Pandangan Aleta tertuju di jalanan. Entah mengapa ada suatu perasaan yang aneh di hatinya. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelum melihat Riska dan Denny seakrab seperti sekarang. Perasaan ingin diperhatikan, ingin diajak ngobrol dan perasaan lainnya yang sulit di jelaskan. Apakah itu perasaan cemburu? Entahlah, Aleta tidak tahu. Selama ini yang menjadi ambisinya adalah menjadi yang terbaik di akademik maupun non-akademik. Hanya itu dan tak lebih. Aleta termasuk anak yang penurut pada kedua orang tuanya jadi, sampai saat ini ia belum mengurusi masalah ‘hati’-nya. Ia terlalu sibuk untuk membuat bangga kedua orang tuanya. Mereka bertiga sudah sampai di persimpangan jalan. Dari situ Aleta dan Riska berpisah jalur dengan Denny. Ada rasa lega di hati Aleta, entah mengapa.
Keesokan harinya diadakan rapat OSIS untuk menentukan anggota OSIS yang dijadikan sebagai Sekbid oleh Pengurus Harian OSIS. Pengurus Harian OSIS digawangi oleh kesepuluh anggota OSIS teratas, termasuk Aleta. Dengat cermat ia mendengarkan rapat hari itu. Tak henti-hentinya ia bertanya mengenai apa kekurangan pada rapat. Sehingga, ialah yang paling tahu kelebihan dan kekurangan pada bahan rapat. Apalagi itu adalah pembagian Sekbid. Salah taruh anak, bisa-bisa satu seksi bidang jadi kacau.
Sera adalah sekretaris pada Pengurus Harian OSIS itu. Ia masih sama-sama berstatus kelas sepuluh dengan Aleta. Tapi ia tak seberbakat Aleta, itu bisa dilihat karena ia tak lolos tahap seleksi kedua Pemilihan OSIS. Jujur, Sera masih perlu bimbingan daripada Aleta. Maka dari itu, Denny menugaskan Aleta untuk mendampingi Sera dalam bertugas. Biar lebih beres dan akurat katanya. Jujur saja, Aleta sedikit tersanjung karena Denny menugaskan dan memberikan kepercayaan padanya. Ia lebih merasa diperhatikan dibandingkan kemarin sewaktu ia jalan bersama Riska.
Siang itu, Adzan Dhuhur sudah dikumandangkan. Tak seperti biasanya, kini Aleta pergi sendirian ke Mushala. Riska dan Andien tak ikut serta lantaran mereka berdua sedang berhalangan. Mushala tampak sepi dari luar. Dengan mantap, gadis itu melenggang masuk menuju pintu masuk Mushala. Rupanya di dalam sana, sudah ada Kak Fairus dan Kak Abel sesama pengurus OSIS. Betapa senangnya Aleta karena ia mempunyai teman untuk beribadah, apalagi itu adalah sesame pengurus OSIS. Sab pertama sudah diisi beberapa murid kelas sebelas dan kelas dua belas. Sama halnya dengan sab pertama, sab kedua juga begitu. Tinggal sab terakhir yang masi kosong, yaitu sab ketiga. Aleta memutuskan untuk sholat di sab kedua, di tempat sab yang masih kosong dan juga disamping Kak Fairus dan Kak Abel. Aleta menaruh mukena dan langsung menuju keluar Mushala dan mencari tempat wudhu wanita di sebelah Mushala. Setelah wudhu, ia langsung menuju sab-nya tadi dan melaksanakan Sholat secarah berjamaah di-imami dengan guru agamanya, Pak Sholiqin.
Sholat Dhuhur secara berjamaah sudah selesai dilaksanakan. Aleta paling akhir membereskan mukenanya karena tadi ia sempat berdo’a dan membaca beberapa ayat Al-Qur’an. Sebenarnya tadi ia ditemani dengan Kak Fairus dan Kak Abel tapi, mereka berdua sudah selesai terlebih dahulu ketimbang Aleta. Aleta menyuruh kedua kakak kelasnya itu untuk pergi duluan menuju kelas mereka masing-masing. Tapi yang disangka Aleta bahwa ia sendiri di Mushala itu, ternyata salah. Ada Denny Si Ketua OSIS di sab bagian anak laki-laki yang baru juga melaksanakan Sholat Dhuhur. Ternyata Denny harus mempersiapkan bahan untuk rapat besok di Ruang OSIS sehingga ia tak sempat mengikuti Sholat Dhuhur berjama’ah. Jadilah ia Sholat Dhuhur sendiri. Perasaan itu kembali menyelimuti hati Aleta.  Gadis itu tak menyapa Ketua OSIS-nya dan memilih diam. Mungkin ia berpikir bahwa ia itu cewek dan cewek tak harus sepantasnya memulai duluan. Tapi memulai untuk apa, ia juga tak tahu.
Sampailah gadis itu ditangga Mushala. Ia sesegera mungkin memakai sepatu karena takut jam untuk ISHOMA sudah selesai.  Meskipun  tangannya dengan cekatan memakai sepatu tapi pandangannya kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu. Sampai tangan seseorang menepuk pundaknya, barulah ia sadar. Denny, dialah pemilik tangan itu. Aleta hanya bisa nyengir kuda ketika Denny menawarkan pergi bersama menuju kelas mereka masing- masing. Ada secerca perasaan senang berkecambuk di hati Aleta ketika mereka memasuki koridor sekolah. Rasa itu sangat nyaman, sangat senang dan suka. Ya, kini Aleta tahu rasa apa yang di rasakan perasaannya ketika ia selalu bersama  dengan Denny. Karena Aleta selalu suka. Suka dengan Denny.  Mungkin Aleta hanya bisa sampai di tahap itu saja, ia takut karena sebelumnya ia belum pernah merasakan perasaan itu. Sampailah mereka berdua di kelas X-A, kelas Aleta. Aleta segera masuk ke dalam kelas sedangkan Denny masih terus jalan menuju kelasnya, XI-E.
Akhir pekan ini akan diadakan Perkemahan Jum’at Sabtu, atau lebih dikenal dengan sebutan PERJUSA. Itu adalah tradisi SMA Cinderawasih setelah dua bulan penerimaan murid baru. Seluruh panitia berasal dari anggota OSIS. Bekerjasama dengan Dewan Pramuka, mereka mempersiapkan acara itu dengan sematang mungkin. Nantinya akan diadakan api unggun dengan pertunjukan pentas seni yang diikuti oleh seluruh murid. Murid dari sekolah lain juga dapat menikmati acara itu dengan membeli tiket yang sudah disediakan oleh panitia. Sedangkan unuk murid SMA Cinderawasih itu sendiri gratis. Pertunjukan itu dimaksudkan untuk menggalang dana bagi anak-anak jalanan yang buta aksara.   Aleta mendapat tugas yang lumayan berat. Yaitu menjadi Panitia Promosi. Untungnya ia bekerja sama dengan Kak Fairus, yang memang jagonya untuk bernegosiasi.
Hari Rabu ini adalah hari pertama untuk Aleta mengadakan promosi di sekolah-sekolah SMA lainnya. Meskipun baru pertama kali, tapi Aleta cukup jago untuk mensosialisasikan acara PENSI-nya itu mengingat dulu ia adalah seorang wartawan cilik. Jadi cara bicara yang santai tapi menarik minat orang sudah ia hafal di luar kepala.
SMA Pekerti Luhur adalah sekolah pertama yang mereka datangi. Untungnya acara promosi berjalan dengan lancar dan cepat. Hasilnya pun cukup memuaskan berkat DUO OCEH (Aleta dan Fairus). Faktor banyaknya yang membeli tiket pertunjukan lainnya adalah karena tiketnya tergolong murah. Cukup dengan tiga ribu rupiah saja. Brosur yang mereka edarkan juga menarik. Itu semua berkat Andre. Karena memang dari seluruh anggota OSIS, dialah yang paling jago dalam bagian computer edit dan photoshop. Jadi hasil karyanya super keren bak seorang editor professional. Denny tak salah memberikan tugas bagian Panitia Kreasi Desain Grafis dan Tata Panggung padanya.
Disana Aleta bertemu dengan Flora. Ternyata gadis itu fleksibel banget. Selama acara promosi yang diadakan saat jam istirahat, Flora dengan setia menemani Aleta dengan segala ocehan-ocehan lucunya. Sampai akhirnya Flora cerita kalau ia juga mengenal Denny. Flora dan Denny ternyata bertetangga. Mereka juga bersahabat sejak kecil. Meskipun mereka beda sekolah tetapi komunikasi mereka tetap bersambung sesampainya di rumah. Timbul niat di benak Aleta unuk mengorek keterangan tentang Denny lebih dalam. Tak disangka-sangka, gadis yang sedang bercerita di depannya adalah pacar Denny sendiri. Flora sendiri yang bilang padanya. Senyum mengembang di bibir Aleta tapi, hatinya sedang menangis. Sedih.
Bel di Pekerti Luhur sudah berdentang. Itu artinya selesai sudah acara promosi yang diadakan Aleta dengan Fairus. Dengan menatap kepergian Flora, bersamaan juga ia juga sudah mengubur dalam-dalam rasa sukanya pada Denny. Aleta merasa tak pantas. Flora begitu cantik dan anggun. Ia juga mengenakan jilbab. Kalem rasanya. Ia merasakan selama ia berada disamping Flora, hatinya merasa senang. Mungkin itu juga yang dirasakan Denny sehingga ia menjadikan gadis itu pacarnya. ‘Betapa beruntungnya Kak Denny memiliki pacar seperti itu. Dibanding aku, aku sama sekali tak mengenakan jilbab. Mengaji saja aku jarang bahkan lebih tersendat-sendat.’ Hal itulah yang ada di benak Aleta selama ia membereskan stand promosi.
Hari promosi sudah usai. SMA Pekerti Luhur, SMA Tunas Bangsa, SMA St. Melania, SMA Abdi Bangsa dan SMA Kasih Bunda sudah dilahap habis oleh DUO OCEH. Hari ini mereka sudah bisa menikmati hasilnya. Ya, hari ini adalah hari dimana PERJUSA itu dilaksanakan.
Aleta sedang berbincang-bincang dengan Vanesha, sahabatnya selama di OSIS, ketika Denny datang menggandeng Flora dan mengenalkannya ke seluruh anak buahnya di OSIS. Flora hanya bisa tersipu malu ketika Denny memperkenalkannya sebagai pacarnya di hadapan anak-anak.  Perasaan aneh berkecambuk di hati Aleta. Cemburu. Andai saja dialah yang digandeng Denny dan diperkenalkan sebagai pacar ke seluruh anggota OSIS. Pastilah dia sudah amat sangat senang. Belinda Flora Cantika Liberty atau yang dikenal dengan Flora, memanglah sangat cantik. Memang Aleta dan Flora sama-sama tinggi dan sama-sama putih. Wajah mereka sama-sama unik karena memang sama-sama keturunan Indo-Bule. Flora keturunan Bule NEW YORK dari ayahnya, sedangkan Aleta keturunan Bule Belanda dari ibunya. Tapi cantik tidak hanya dari muka kan? Dari segi sikap dan kepribadian juga bisa membuat seseorang menjadi cantik.
Aleta pergi meninggalkan panggung setelah acara pembuka sukses terlaksana. Ia pergi menuju Ruang Osis, sendirian. Ia tak tahu bahwa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Setelah sampai, ia langsung menjatuhkan diri ke sofa hijau yang paling empuk disana. Derap langkah kecil seseorang tak begitu ia sadari, masuk ke dalam Ruang Osis yang sama dengannya. Aleta memejamkan matanya. Mulutnya berkomat-kamit seperti sedang curhat. Tak terasa, air mata menetes jatuh dari pinggir matanya.
Tangan seseorang menghapus jejak air mata itu. Nyaman dan dingin. Saat ia membuka mata, yang terlihat hanyalah muka Denny. Sudah gila pikirnya sampai ia berhalusinasi seperti itu, pikirnya. Tetapi gadis itu salah. Itu benar-benar Denny. Dan sedari tadi, mulutnya berkomat-kamit bahwa ia suka dengan cowok itu. Aleta terkesiap. Ia langsung berdiri. Menyadari ada tatapan aneh dari Denny, ia langsung bergegas meninggalkan Ruangan Osis. Tak disangka, ada suara yang melantunkan sebuah jawaban.
“Maaf. Kalau selama ini aku membuat kamu suka sama aku. Kupikir, kamu akan menganggap aku sebagai kakak kelasmu saja. Tapi ternyata dugaanku salah. Sebenarnya, aku juga suka sama kamu. Tapi rasa sukaku hanyalah sebatas sahabat, adik dan teman satu OSIS. Nggak lebih. Karena aku, sudah punya Flora. Gadis itu baik, aku tak tega jika menyakiti perasaannya. Kamu… Mau mengerti kan?”
Menceloslah hati Aleta. Denny sudah tahu, akibat kecerobohannya. Tapi ia lega. Bahwa  ada sedikit rasa Denny suka padanya. Meskipun rasa itu sedikit sekali dan hanya sebatas teman dan adik.
“Aku tahu, Kak. Aku juga suka sama Kak Flora. Ia cantik, anggun, kalem. Pantas memang jika Kakak lebih suka dia ketimbang sama aku. Aku… Aku selalu saja mengejar bayangan yang tak kasat mata. Mengejar bayangan seseorang, yang orang itu sendiri pun juga sedang mengejar sesuatu. Ia terus berlari dengan aku yang ada di belakangnya. Ia tak pernah menoleh ke belakang. Sehinggah yang kudapatkan hanyalah bayangannya saja. Andai , orang itu mendapatkan apa yang ia inginkan dan sejenak saja menoleh ke belakang, ke arahku. Aku pasti sudah amat senang. Aku senang karena dia tahu, bagaimana usahaku untuk dapat meraihnya. Meskipun ushaku itu tak pernah berhasil. Aku ingin dia tahu, bahwa aku bekerja keras untuk mendapatkan cintanya. Aku selalu mengejar bayanganmu Kak.”
            Denny, ia begitu takjub mendengar ucapan Aleta. Tubuhnya terasa kaku. Lidahnya kelu dan pilu. Pemuda itu tak bisa berkata apa-apa lagi sesaat ketika Aleta pergi meninggalkannya. Hatinya bertambah berat ketika tahu Aleta tetap memasang senyum tulus padanya. Meskipun ia tahu, hati gadis itu pasti sangat sakit. Denny melangkah gontai ke arah ruang OSIS.
Denny berhenti di depan pintu masuk ruang OSIS saat ia mendengar suara orang yang menangis. Flora, ya itu suara Flora. Dengan tergesa-gesa Denny masuk kedalam. Dilihatnya Ima yang mencoba menenangkan Flora. Dan ketika Flora tahu bahwa Denny melihatnya, Flora segera pergi keluar dari ruang OSIS. Denny sudah berkali-kali memanggil namanya tapi Flora tetap saja tak menoleh kebelakang. Dengan sangat penasaran Denny bertanya pada Ima, anak buah OSIS-nya.
“Dia mendengar percakapanmu dengan Aleta. Entah mengapa meskipun dia kekasihmu, tetapi ia merasakan rasa sakit yang dialami Aleta. Ia bisa melihat, bahwa pancaran mata Aleta menandakan bahwa ia jujur. Ia tulus mencintai kalian berdua, kamu dan Flora. Meskipun mencintaimu sama artinya dengan rasa sakit, tapi Aleta tetap mengungkapkannya dan ia bertahan menahan rasa sakit itu. Flora merasa, Aleta lebih pantas berada disampingmu.”
Bagaikan disambar petir ribuan watt saat Ima mengatakannya. Itu sama artinya dengan Flora menyerahkannya pada orang lain. Tidak. Denny tetap mencintai Flora meskipun Aleta mencintainya. Tak akan ia biarkan bunganya jauh darinya. Ia sungguh mencintai Flora. Detik itu juga Denny mengejar Flora. Naas Flora keluar gerbang sekolah dan tak melihat bahwa ada truk yang datang dari arah kanan jalan. Tubuh gadis cantik itu terhempas begitu saja beberapa meter kedepan. Membuat Denny berteriak bagai meregang  nyawa.
Sudah satu minggu semenjak kepergian Flora untuk selamanya. Hal itu membuat Denny dirundung duka yang amat dalam. Ia tak menyangka akan begini akhirnya. Ia juga jadi membenci Aleta. “Menyingkir kamu, kembalikan Flora” ucapnya. Pemuda itu menyalahkan Aleta habis-habisan, bahkan sampai anggota OSIS lainnya harus melerai Denny yang ingin menampar Aleta. Sedangkan Aleta hanya bisa memandang hampa, seakan yang ada hanya sebuah tubuh tanpa jiwa. Ia tak menangis, tapi hanya diam sambil menatap datar Denny yang sedang kalap di depannya.
Semenkjak saat itu Aleta jarang hadir di pertemuan rapat OSIS. Denny selalu marah-marah, ingin rasanya pemuda itu mengeluarkan Aleta, tetapi ia tak bisa. Ia orang yang sportif, ia tak bisa mengeluarkan anggotanya begitu saja karena masalah pribadi.
Tiba saatnya pekan refreshing yang diadakan sekolah setiap satu bulan sekali. Setiap kelas wajib menampilkan satu buah karya drama. Tapi ketika di tengah-tengah acara kelas X-A yang menampilkan drama Puri Salju, lampu padam. Lampu itu kembali menyala dengan tatanan lampu dan setting yang berbeda… Menampilkan Aleta dengan senyum sendunya, menyanyikan sebuah lagu dari Rihana, Diamond in the sky. Di belakangnya, terlihat layar LCD proyektor menampilkan foto Flora.
“Untuk yang paling disayangi di dunia ini Flora…
Flora, Aku tahu kamu mendengarku diatas sana… Aku melalui lagu ini, ingin meminta maaf padamu… Mungkin karena aku, kamu pergi,.. Pergi jauh tak pernah kembali… Tapi aku yakin, hatimu seindah dan seharum namamu,… Ku mohon maafkan aku…”
Denny terpaku mendengarnya…
 “Dan untuk menebus kesalahanku kepada seseorang disini yang begitu menyayangi Flora,.. Hari ini aku akan menyingkir dari hidupnya, persis apa yang ia katakan dulu padaku. Hari ini akan menjadi hari terakhirku di sekolah ini, aku pindah. Untuk seluruh teman-teman, maafkan aku jika aku pernah salah kepada kalian, baik sengaja maupun tidak disengaja ”
Seluruh penonton mendadak hening. Aleta turun dari panggung, namun tak beberapa terdengar suara Denny
“Tunggu… Kamu, aku benci kamu! Setelah kamu mengambil Flora, kamu mau pergi begitu saja, hah? Kamu harus tanggung jawab. Kenapa setelah membuat For a pergi, kamu juga mengambil hati aku, kenapa kamu membuat aku jatuh cinta dengan senyuman tulusmu itu??? Memikirkanmu seolah-olah aku manusia terjahat di dunia membuat senyummu  sendu seperti itu.”
Mendengarkan itu semua, Aleta hanya bisa tersenyum sambil menangis
“Kumohon jangan pergi..I love you”
“I love you too”
Dan seketika semua orang bersorak dan mengelu-elukan nama keduanya, bahkan para guru pun juga ikut-ikutan.  Akhir yang bahagia untuk Aleta, ia juga tak jadi pindah dari sekolah itu. Dan siluet seseorang berparas cantik sedang tersenyum menyaksikan kedua orang itu berpelukan dengan haru.
‘Aleta, ku titip Denny padamu… Jaga cinta tulusmu untuknya…”
Bersamaan dengan itu, siluet Flora berganti menjadi cerah dan hangatnya mentari pagi.

TAMAT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar