Jumat, 12 Juli 2013

My Cerpen : Hey Gadis!


Hey Gadis!

Pagi yang cerah di SMA Cinderawasih, menghasilkan semangat baru bagi siswa dan siswinya. Tak terkecuali Aleta. Ia memang sangat menantikan hari ini. Hari ini ia akan dilantik sebagi anggota OSIS pada saat Upacara Bendera. Dan tak tanggung-tanggung, jabatan yang di embannya adalah jabatan Wakil Ketua OSIS. Sangat hebat memang, mengingat bahwa baru kemarin ia menyelesaikan MOS. Ya, Aleta Alaira siswa kelas sepuluh, yang langsung masuk peringkat ke 5 pada seleksi pertama anggota OSIS.
 Gadis itu memang berbakat, mengingat ia sudah mengalahkan kandidat-kandidat calon anggota lainnya yang rata-rata kelas sebelas. Dan yang lebih ‘WOW’-nya lagi, pada seleksi kedua ia menduduki peringkat pertama dan hanya ia satu-satunya calon anggota OSIS kelas sepuluh. Yah meskipun jabatan Ketua OSIS bukan ia yang memegang tapi, ia sudah cukup berbangga hati akan jabatan yang akan di serahkan kepadanya itu.
Upacara pelantikan segera berlangsung. Dengan semangat 45, ia mengucapkan sumpah dan janjinya pada organisasi sekolah itu. Selempang tanda pelantikan sudah dikenakannya, dengan itu ia sudah resmi menjadi Wakil Ketua OSIS di SMA Cinderawasih. Ia menunjukan senyum terindahnya pada kedua sahabatnya yang baru dikenalnya di SMA itu, Andien dan Riska, yang berada di barisan pleton. Mereka sangat mendukung Aleta, karena ia telah membawa nama baik kelas X-A, kelas mereka. Sebenarnya Andien dan Riska juga kandidat calon pengurus OSIS, hanya sayang mereka gugur terlebih dahulu pada seleksi pertama.
Seusai upacara pelantikan, seluruh anggota OSIS akan mengadakan perkenalan diri di ruang rapat. Dengan sigap, Aleta mengikuti kedua guru pembinanya menuju ruang tersebut.  Jantung Aleta berdegup kencang ketika ia melenggang masuk ke ruangan itu. Tapi karena suasana hatinya sedang baik, dengan percaya diri ia menduduki kursi Wakil Ketua OSIS.
Andika Ramadenny atau yang lebih dikenal dengan Denny adalaha Ketua OSIS  baru di SMA Cinderawasih. Ia juga yang membuat Aleta kagum karena KETOS-nya itu susah untuk dikalahkan pada tahap seleksi. Tanpa ia sadari, gadis itu tersenyum menatap Sang Ketua. Denny yang sadar di tatap seperti itu hanya bisa membalas senyum pada gadis yang tersenyum padanya. Muka Aleta memerah karena malu. Jelas saja, karena ketidak sengajaannya ia mendapatkan senyum dari seorang cowok alias Si Ketua OSIS.  Akibatnya, pada saat memperkenalkan diri ia jadi salah tingkah. Suaranya parau seperti orang sakit, pandangannya terarah ke langit-langit ruangan dan ketika selesai, ia hanya tertunduk lesu.
Hari itu adalah hari pertama sekolah setelah libur semester , wajar saja jika masih belum ada pelajaran yang sibuk seperti biasanya. Jam sudah menunjukan pukul Sembilan empat lima, dan para murid sudah boleh di pulangkan. Aleta sudah biasa pulang bersama Riska karena memang rumah mereka berdekatan. Hati Aleta mencelos ketika tahu rekan seperjalanannya ditambah dengan Denny. Rupanya rumah Sang Ketua OSIS searah jalan dengannya. Aleta kembali tertunduk malu. Berbeda dengan Aleta, Riska malah ngobrol santai dengan Denny. Seolah hubungan mereka berdua sudah sangat dekat layaknya adik kakak.
Pandangan Aleta tertuju di jalanan. Entah mengapa ada suatu perasaan yang aneh di hatinya. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelum melihat Riska dan Denny seakrab seperti sekarang. Perasaan ingin diperhatikan, ingin diajak ngobrol dan perasaan lainnya yang sulit di jelaskan. Apakah itu perasaan cemburu? Entahlah, Aleta tidak tahu. Selama ini yang menjadi ambisinya adalah menjadi yang terbaik di akademik maupun non-akademik. Hanya itu dan tak lebih. Aleta termasuk anak yang penurut pada kedua orang tuanya jadi, sampai saat ini ia belum mengurusi masalah ‘hati’-nya. Ia terlalu sibuk untuk membuat bangga kedua orang tuanya. Mereka bertiga sudah sampai di persimpangan jalan. Dari situ Aleta dan Riska berpisah jalur dengan Denny. Ada rasa lega di hati Aleta, entah mengapa.
Keesokan harinya diadakan rapat OSIS untuk menentukan anggota OSIS yang dijadikan sebagai Sekbid oleh Pengurus Harian OSIS. Pengurus Harian OSIS digawangi oleh kesepuluh anggota OSIS teratas, termasuk Aleta. Dengat cermat ia mendengarkan rapat hari itu. Tak henti-hentinya ia bertanya mengenai apa kekurangan pada rapat. Sehingga, ialah yang paling tahu kelebihan dan kekurangan pada bahan rapat. Apalagi itu adalah pembagian Sekbid. Salah taruh anak, bisa-bisa satu seksi bidang jadi kacau.
Sera adalah sekretaris pada Pengurus Harian OSIS itu. Ia masih sama-sama berstatus kelas sepuluh dengan Aleta. Tapi ia tak seberbakat Aleta, itu bisa dilihat karena ia tak lolos tahap seleksi kedua Pemilihan OSIS. Jujur, Sera masih perlu bimbingan daripada Aleta. Maka dari itu, Denny menugaskan Aleta untuk mendampingi Sera dalam bertugas. Biar lebih beres dan akurat katanya. Jujur saja, Aleta sedikit tersanjung karena Denny menugaskan dan memberikan kepercayaan padanya. Ia lebih merasa diperhatikan dibandingkan kemarin sewaktu ia jalan bersama Riska.
Siang itu, Adzan Dhuhur sudah dikumandangkan. Tak seperti biasanya, kini Aleta pergi sendirian ke Mushala. Riska dan Andien tak ikut serta lantaran mereka berdua sedang berhalangan. Mushala tampak sepi dari luar. Dengan mantap, gadis itu melenggang masuk menuju pintu masuk Mushala. Rupanya di dalam sana, sudah ada Kak Fairus dan Kak Abel sesama pengurus OSIS. Betapa senangnya Aleta karena ia mempunyai teman untuk beribadah, apalagi itu adalah sesame pengurus OSIS. Sab pertama sudah diisi beberapa murid kelas sebelas dan kelas dua belas. Sama halnya dengan sab pertama, sab kedua juga begitu. Tinggal sab terakhir yang masi kosong, yaitu sab ketiga. Aleta memutuskan untuk sholat di sab kedua, di tempat sab yang masih kosong dan juga disamping Kak Fairus dan Kak Abel. Aleta menaruh mukena dan langsung menuju keluar Mushala dan mencari tempat wudhu wanita di sebelah Mushala. Setelah wudhu, ia langsung menuju sab-nya tadi dan melaksanakan Sholat secarah berjamaah di-imami dengan guru agamanya, Pak Sholiqin.
Sholat Dhuhur secara berjamaah sudah selesai dilaksanakan. Aleta paling akhir membereskan mukenanya karena tadi ia sempat berdo’a dan membaca beberapa ayat Al-Qur’an. Sebenarnya tadi ia ditemani dengan Kak Fairus dan Kak Abel tapi, mereka berdua sudah selesai terlebih dahulu ketimbang Aleta. Aleta menyuruh kedua kakak kelasnya itu untuk pergi duluan menuju kelas mereka masing-masing. Tapi yang disangka Aleta bahwa ia sendiri di Mushala itu, ternyata salah. Ada Denny Si Ketua OSIS di sab bagian anak laki-laki yang baru juga melaksanakan Sholat Dhuhur. Ternyata Denny harus mempersiapkan bahan untuk rapat besok di Ruang OSIS sehingga ia tak sempat mengikuti Sholat Dhuhur berjama’ah. Jadilah ia Sholat Dhuhur sendiri. Perasaan itu kembali menyelimuti hati Aleta.  Gadis itu tak menyapa Ketua OSIS-nya dan memilih diam. Mungkin ia berpikir bahwa ia itu cewek dan cewek tak harus sepantasnya memulai duluan. Tapi memulai untuk apa, ia juga tak tahu.
Sampailah gadis itu ditangga Mushala. Ia sesegera mungkin memakai sepatu karena takut jam untuk ISHOMA sudah selesai.  Meskipun  tangannya dengan cekatan memakai sepatu tapi pandangannya kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu. Sampai tangan seseorang menepuk pundaknya, barulah ia sadar. Denny, dialah pemilik tangan itu. Aleta hanya bisa nyengir kuda ketika Denny menawarkan pergi bersama menuju kelas mereka masing- masing. Ada secerca perasaan senang berkecambuk di hati Aleta ketika mereka memasuki koridor sekolah. Rasa itu sangat nyaman, sangat senang dan suka. Ya, kini Aleta tahu rasa apa yang di rasakan perasaannya ketika ia selalu bersama  dengan Denny. Karena Aleta selalu suka. Suka dengan Denny.  Mungkin Aleta hanya bisa sampai di tahap itu saja, ia takut karena sebelumnya ia belum pernah merasakan perasaan itu. Sampailah mereka berdua di kelas X-A, kelas Aleta. Aleta segera masuk ke dalam kelas sedangkan Denny masih terus jalan menuju kelasnya, XI-E.
Akhir pekan ini akan diadakan Perkemahan Jum’at Sabtu, atau lebih dikenal dengan sebutan PERJUSA. Itu adalah tradisi SMA Cinderawasih setelah dua bulan penerimaan murid baru. Seluruh panitia berasal dari anggota OSIS. Bekerjasama dengan Dewan Pramuka, mereka mempersiapkan acara itu dengan sematang mungkin. Nantinya akan diadakan api unggun dengan pertunjukan pentas seni yang diikuti oleh seluruh murid. Murid dari sekolah lain juga dapat menikmati acara itu dengan membeli tiket yang sudah disediakan oleh panitia. Sedangkan unuk murid SMA Cinderawasih itu sendiri gratis. Pertunjukan itu dimaksudkan untuk menggalang dana bagi anak-anak jalanan yang buta aksara.   Aleta mendapat tugas yang lumayan berat. Yaitu menjadi Panitia Promosi. Untungnya ia bekerja sama dengan Kak Fairus, yang memang jagonya untuk bernegosiasi.
Hari Rabu ini adalah hari pertama untuk Aleta mengadakan promosi di sekolah-sekolah SMA lainnya. Meskipun baru pertama kali, tapi Aleta cukup jago untuk mensosialisasikan acara PENSI-nya itu mengingat dulu ia adalah seorang wartawan cilik. Jadi cara bicara yang santai tapi menarik minat orang sudah ia hafal di luar kepala.
SMA Pekerti Luhur adalah sekolah pertama yang mereka datangi. Untungnya acara promosi berjalan dengan lancar dan cepat. Hasilnya pun cukup memuaskan berkat DUO OCEH (Aleta dan Fairus). Faktor banyaknya yang membeli tiket pertunjukan lainnya adalah karena tiketnya tergolong murah. Cukup dengan tiga ribu rupiah saja. Brosur yang mereka edarkan juga menarik. Itu semua berkat Andre. Karena memang dari seluruh anggota OSIS, dialah yang paling jago dalam bagian computer edit dan photoshop. Jadi hasil karyanya super keren bak seorang editor professional. Denny tak salah memberikan tugas bagian Panitia Kreasi Desain Grafis dan Tata Panggung padanya.
Disana Aleta bertemu dengan Flora. Ternyata gadis itu fleksibel banget. Selama acara promosi yang diadakan saat jam istirahat, Flora dengan setia menemani Aleta dengan segala ocehan-ocehan lucunya. Sampai akhirnya Flora cerita kalau ia juga mengenal Denny. Flora dan Denny ternyata bertetangga. Mereka juga bersahabat sejak kecil. Meskipun mereka beda sekolah tetapi komunikasi mereka tetap bersambung sesampainya di rumah. Timbul niat di benak Aleta unuk mengorek keterangan tentang Denny lebih dalam. Tak disangka-sangka, gadis yang sedang bercerita di depannya adalah pacar Denny sendiri. Flora sendiri yang bilang padanya. Senyum mengembang di bibir Aleta tapi, hatinya sedang menangis. Sedih.
Bel di Pekerti Luhur sudah berdentang. Itu artinya selesai sudah acara promosi yang diadakan Aleta dengan Fairus. Dengan menatap kepergian Flora, bersamaan juga ia juga sudah mengubur dalam-dalam rasa sukanya pada Denny. Aleta merasa tak pantas. Flora begitu cantik dan anggun. Ia juga mengenakan jilbab. Kalem rasanya. Ia merasakan selama ia berada disamping Flora, hatinya merasa senang. Mungkin itu juga yang dirasakan Denny sehingga ia menjadikan gadis itu pacarnya. ‘Betapa beruntungnya Kak Denny memiliki pacar seperti itu. Dibanding aku, aku sama sekali tak mengenakan jilbab. Mengaji saja aku jarang bahkan lebih tersendat-sendat.’ Hal itulah yang ada di benak Aleta selama ia membereskan stand promosi.
Hari promosi sudah usai. SMA Pekerti Luhur, SMA Tunas Bangsa, SMA St. Melania, SMA Abdi Bangsa dan SMA Kasih Bunda sudah dilahap habis oleh DUO OCEH. Hari ini mereka sudah bisa menikmati hasilnya. Ya, hari ini adalah hari dimana PERJUSA itu dilaksanakan.
Aleta sedang berbincang-bincang dengan Vanesha, sahabatnya selama di OSIS, ketika Denny datang menggandeng Flora dan mengenalkannya ke seluruh anak buahnya di OSIS. Flora hanya bisa tersipu malu ketika Denny memperkenalkannya sebagai pacarnya di hadapan anak-anak.  Perasaan aneh berkecambuk di hati Aleta. Cemburu. Andai saja dialah yang digandeng Denny dan diperkenalkan sebagai pacar ke seluruh anggota OSIS. Pastilah dia sudah amat sangat senang. Belinda Flora Cantika Liberty atau yang dikenal dengan Flora, memanglah sangat cantik. Memang Aleta dan Flora sama-sama tinggi dan sama-sama putih. Wajah mereka sama-sama unik karena memang sama-sama keturunan Indo-Bule. Flora keturunan Bule NEW YORK dari ayahnya, sedangkan Aleta keturunan Bule Belanda dari ibunya. Tapi cantik tidak hanya dari muka kan? Dari segi sikap dan kepribadian juga bisa membuat seseorang menjadi cantik.
Aleta pergi meninggalkan panggung setelah acara pembuka sukses terlaksana. Ia pergi menuju Ruang Osis, sendirian. Ia tak tahu bahwa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Setelah sampai, ia langsung menjatuhkan diri ke sofa hijau yang paling empuk disana. Derap langkah kecil seseorang tak begitu ia sadari, masuk ke dalam Ruang Osis yang sama dengannya. Aleta memejamkan matanya. Mulutnya berkomat-kamit seperti sedang curhat. Tak terasa, air mata menetes jatuh dari pinggir matanya.
Tangan seseorang menghapus jejak air mata itu. Nyaman dan dingin. Saat ia membuka mata, yang terlihat hanyalah muka Denny. Sudah gila pikirnya sampai ia berhalusinasi seperti itu, pikirnya. Tetapi gadis itu salah. Itu benar-benar Denny. Dan sedari tadi, mulutnya berkomat-kamit bahwa ia suka dengan cowok itu. Aleta terkesiap. Ia langsung berdiri. Menyadari ada tatapan aneh dari Denny, ia langsung bergegas meninggalkan Ruangan Osis. Tak disangka, ada suara yang melantunkan sebuah jawaban.
“Maaf. Kalau selama ini aku membuat kamu suka sama aku. Kupikir, kamu akan menganggap aku sebagai kakak kelasmu saja. Tapi ternyata dugaanku salah. Sebenarnya, aku juga suka sama kamu. Tapi rasa sukaku hanyalah sebatas sahabat, adik dan teman satu OSIS. Nggak lebih. Karena aku, sudah punya Flora. Gadis itu baik, aku tak tega jika menyakiti perasaannya. Kamu… Mau mengerti kan?”
Menceloslah hati Aleta. Denny sudah tahu, akibat kecerobohannya. Tapi ia lega. Bahwa  ada sedikit rasa Denny suka padanya. Meskipun rasa itu sedikit sekali dan hanya sebatas teman dan adik.
“Aku tahu, Kak. Aku juga suka sama Kak Flora. Ia cantik, anggun, kalem. Pantas memang jika Kakak lebih suka dia ketimbang sama aku. Aku… Aku selalu saja mengejar bayangan yang tak kasat mata. Mengejar bayangan seseorang, yang orang itu sendiri pun juga sedang mengejar sesuatu. Ia terus berlari dengan aku yang ada di belakangnya. Ia tak pernah menoleh ke belakang. Sehinggah yang kudapatkan hanyalah bayangannya saja. Andai , orang itu mendapatkan apa yang ia inginkan dan sejenak saja menoleh ke belakang, ke arahku. Aku pasti sudah amat senang. Aku senang karena dia tahu, bagaimana usahaku untuk dapat meraihnya. Meskipun ushaku itu tak pernah berhasil. Aku ingin dia tahu, bahwa aku bekerja keras untuk mendapatkan cintanya. Aku selalu mengejar bayanganmu Kak.”
            Denny, ia begitu takjub mendengar ucapan Aleta. Tubuhnya terasa kaku. Lidahnya kelu dan pilu. Pemuda itu tak bisa berkata apa-apa lagi sesaat ketika Aleta pergi meninggalkannya. Hatinya bertambah berat ketika tahu Aleta tetap memasang senyum tulus padanya. Meskipun ia tahu, hati gadis itu pasti sangat sakit. Denny melangkah gontai ke arah ruang OSIS.
Denny berhenti di depan pintu masuk ruang OSIS saat ia mendengar suara orang yang menangis. Flora, ya itu suara Flora. Dengan tergesa-gesa Denny masuk kedalam. Dilihatnya Ima yang mencoba menenangkan Flora. Dan ketika Flora tahu bahwa Denny melihatnya, Flora segera pergi keluar dari ruang OSIS. Denny sudah berkali-kali memanggil namanya tapi Flora tetap saja tak menoleh kebelakang. Dengan sangat penasaran Denny bertanya pada Ima, anak buah OSIS-nya.
“Dia mendengar percakapanmu dengan Aleta. Entah mengapa meskipun dia kekasihmu, tetapi ia merasakan rasa sakit yang dialami Aleta. Ia bisa melihat, bahwa pancaran mata Aleta menandakan bahwa ia jujur. Ia tulus mencintai kalian berdua, kamu dan Flora. Meskipun mencintaimu sama artinya dengan rasa sakit, tapi Aleta tetap mengungkapkannya dan ia bertahan menahan rasa sakit itu. Flora merasa, Aleta lebih pantas berada disampingmu.”
Bagaikan disambar petir ribuan watt saat Ima mengatakannya. Itu sama artinya dengan Flora menyerahkannya pada orang lain. Tidak. Denny tetap mencintai Flora meskipun Aleta mencintainya. Tak akan ia biarkan bunganya jauh darinya. Ia sungguh mencintai Flora. Detik itu juga Denny mengejar Flora. Naas Flora keluar gerbang sekolah dan tak melihat bahwa ada truk yang datang dari arah kanan jalan. Tubuh gadis cantik itu terhempas begitu saja beberapa meter kedepan. Membuat Denny berteriak bagai meregang  nyawa.
Sudah satu minggu semenjak kepergian Flora untuk selamanya. Hal itu membuat Denny dirundung duka yang amat dalam. Ia tak menyangka akan begini akhirnya. Ia juga jadi membenci Aleta. “Menyingkir kamu, kembalikan Flora” ucapnya. Pemuda itu menyalahkan Aleta habis-habisan, bahkan sampai anggota OSIS lainnya harus melerai Denny yang ingin menampar Aleta. Sedangkan Aleta hanya bisa memandang hampa, seakan yang ada hanya sebuah tubuh tanpa jiwa. Ia tak menangis, tapi hanya diam sambil menatap datar Denny yang sedang kalap di depannya.
Semenkjak saat itu Aleta jarang hadir di pertemuan rapat OSIS. Denny selalu marah-marah, ingin rasanya pemuda itu mengeluarkan Aleta, tetapi ia tak bisa. Ia orang yang sportif, ia tak bisa mengeluarkan anggotanya begitu saja karena masalah pribadi.
Tiba saatnya pekan refreshing yang diadakan sekolah setiap satu bulan sekali. Setiap kelas wajib menampilkan satu buah karya drama. Tapi ketika di tengah-tengah acara kelas X-A yang menampilkan drama Puri Salju, lampu padam. Lampu itu kembali menyala dengan tatanan lampu dan setting yang berbeda… Menampilkan Aleta dengan senyum sendunya, menyanyikan sebuah lagu dari Rihana, Diamond in the sky. Di belakangnya, terlihat layar LCD proyektor menampilkan foto Flora.
“Untuk yang paling disayangi di dunia ini Flora…
Flora, Aku tahu kamu mendengarku diatas sana… Aku melalui lagu ini, ingin meminta maaf padamu… Mungkin karena aku, kamu pergi,.. Pergi jauh tak pernah kembali… Tapi aku yakin, hatimu seindah dan seharum namamu,… Ku mohon maafkan aku…”
Denny terpaku mendengarnya…
 “Dan untuk menebus kesalahanku kepada seseorang disini yang begitu menyayangi Flora,.. Hari ini aku akan menyingkir dari hidupnya, persis apa yang ia katakan dulu padaku. Hari ini akan menjadi hari terakhirku di sekolah ini, aku pindah. Untuk seluruh teman-teman, maafkan aku jika aku pernah salah kepada kalian, baik sengaja maupun tidak disengaja ”
Seluruh penonton mendadak hening. Aleta turun dari panggung, namun tak beberapa terdengar suara Denny
“Tunggu… Kamu, aku benci kamu! Setelah kamu mengambil Flora, kamu mau pergi begitu saja, hah? Kamu harus tanggung jawab. Kenapa setelah membuat For a pergi, kamu juga mengambil hati aku, kenapa kamu membuat aku jatuh cinta dengan senyuman tulusmu itu??? Memikirkanmu seolah-olah aku manusia terjahat di dunia membuat senyummu  sendu seperti itu.”
Mendengarkan itu semua, Aleta hanya bisa tersenyum sambil menangis
“Kumohon jangan pergi..I love you”
“I love you too”
Dan seketika semua orang bersorak dan mengelu-elukan nama keduanya, bahkan para guru pun juga ikut-ikutan.  Akhir yang bahagia untuk Aleta, ia juga tak jadi pindah dari sekolah itu. Dan siluet seseorang berparas cantik sedang tersenyum menyaksikan kedua orang itu berpelukan dengan haru.
‘Aleta, ku titip Denny padamu… Jaga cinta tulusmu untuknya…”
Bersamaan dengan itu, siluet Flora berganti menjadi cerah dan hangatnya mentari pagi.

TAMAT.

My Cerpen : Lilin


LILIN
            Kemilau Cahaya Gadis, selalu menjadi acuan para lelaki setiap malamnya. Malam-malam kelabu, hingar-binar kota biru, selalu menjadi kasurnya. Tak sedikit yang protes padanya… “Jangan ganggu suami gue…” tapi semua itu selalu dihiraukannya. Yang terpenting baginya adalah Lilin. Lilin kecil yang menerangi setiap jalan yang dipijakinya, Lilin yang mampu membuat hidupnya “bercahaya” seperti namanya. Tak peduli ia kehilangan semuanya asalkan ia bisa tetap mempertahankan Lilin itu menyala. Semua itu bermula saat lima tahun yang lalu.
“Akang, akang sudah berjanji akan menikahi Aya. Mana janji akang? Kenapa sekarang akang malah menikahi Sinta anaknya Pak Kades, kenapa kang? Aya hamil kang.” Jerit tangis seorang gadis bekepang dua. “Heh, aku mau menikahi Sinta, atau siapapun gadis di desa ini, itu hak aku tahu. Kamu tak berhak melarang-larang aku.” Jawab enteng seorang berundal jalanan. “Tapi waktu itu akang sudah janji. Akang sudah janji saat pertama kali Aya melayani akang.” sakit hati itu kian membesar. “Khekhekhe… Dasar bocah lugu. Dibohongi begitu saja kamu mau, hahahaha… Asal kamu tahu ya, aku maunya itu punya isteri yang suci, nggak kayak kamu.” Lelaki itu terkekeh.
“Tapi akang yang pertama kali…” jawabnya membela diri yang terlanjur ternoda.
”Hah, sudah. Kamu pergi sana. Buktinya kamu mau, berarti kamu sudah pernah melakukannya dengan yang lain. “ tukas sang pembual.
Tubuh gadis itu terusir dari desa, karena dianggap penuh dosa. Padahal dalam rahimnya telah tumbuh “Lilin” penerang dunia tanpa dosa. Langkah kaki telah membawanya ke ibu kota, tempat dimana ia menjadi sumur terhina di dunia fana. Ia tak peduli pada hinaan atau cercaan padanya ketika ia menjajahkan tubuhnya di pinggir jalan, toh baginya ia sudah tak gadis lagi.
Sembilan bulan telah berlalu, kini tubuh gadis itu berada di puskesmas pinggiran ibu kota. “Selamat bu, bayinya perempuan, sehat.” Kata seorang suster. “Mana, sus saya mau lihat.” Kata sang ibu penuh keringat. Setelah melihat bayinya sang ibu diam seribu bahasa. Ia seperti melihat Kang Sunarwan-orang yang telah manghamilinya-dalam diri bayi itu. “Mau diberi nama siapa bu, bayinya?” tanya sang suster pada saat menulis papan nama bayi. “Lilin… saya mau memberi bayi itu nama Lilin.” Jawab sang ibu datar.
Beberapa hari setelahnya, gadis itu membawa bayinya ke tempat di mana ia tinggal.Pedih hatinya melihat sang buah hati harus tinggal di tempat seperti itu, tapi apa yang ingin diraih apabila tangan tak sampai? Cahaya atau akrab dipanggil Aya adalah gadis miskin dari desa dengan satu anak tanpa suami. Apa yang bisa ia raih dengan hanya menggunakan ijazah sma di kota besar itu? Nyatanya nihil. Yang hanya bisa ia lakukan adalah menjajahkan tubuhnya dipinggir jalan berharap ada yang mau memakannya.
“Sayang, mama pulang. Apa Lilin kecil mama sudah makan?” tanya  sang ibu kepada anaknya. “Mama..mama..! Mama kerjanya apaan sich?” tanya sang anak dengan wajah polos. “Sayang, kenapa Lilin bertanya seperti itu sama mama?” balas sang ibu, takut kalau-kalau anaknya tahu apa yang selama ini ia kerjakan. “Lilin diberi pr sama bu guru di sekolah. Prnya itu disuruh menggambar pekerjaan ayah atau ibunya. Berhubung Lilin nggak punya ayah, jadi Lilin mau menggambar mama.”. Mendengar jawaban keluar dari mulut anaknya, sang ibu memutar otak, jawaban apa yang harus ia berikan kepada anaknya. “Sayang, mama kerjanya sebagai pelayan di restoran. Kerjaan mama melayani tamu yang hendak makan di restoran. Jadi mengantar makanan dan minuman gitu. Yauda sayang, mama mau mandi dulu. Lilin menggambar mamanya yang bagus ya.” Jawab sang ibu miris membohongi anaknya. “Ok ma!” sahut sang anak kembali.
Di kamar, Aya menangis. Di kehidupan nyata ialah yang menjadi makanan lelaki hidung belang. Ia sendiri yang menjadi pelayan yang mengantarkan tubuhnya menjadi semakin hina dan kotor. Di ambilnya sebuah foto di bawah bantal. “Kang Sunarwan, kenapa akang tega sama Aya?! Lihat kang, anak kita sudah besar sekarang. Apa akang nggak mau memeluk dan memberi kasih sayang buat anak kita itu, kang.” derai air kembali membanjiri matanya. Tapi pikiran baru mulai muncul dibenaknya, “Jangan bodoh Aya! Akangmu itu sudah tak mau peduli sama kamu, buktinya saat kamu diusir dari desa, dia malah ikut menendangmu dengan keras. Mana mungkin ia juga peduli pada anak yang telah dikandungmu?!!” pikiran itu membelit bdan membuatnya menjadi sesak nafas.
Rumahnya serasa bagaikan istana penuh dusta. Dinding-dinding berdiri kokoh yang dibangun dengan keringat bersama serigala kemunafikan. Perabot-perabot yang berasal dari erangan sapi betina setiap malamnya. Untunglah cahaya di rumah itu berasal dari lilin suci yang begitu terang menyilaukan.
Kini, Aya sudah tidak lagi tinggal di tempatnya dulu. Sekarang ia bisa membangun rumah impiannya sendiri walaupun rumah itu begitu sederhana apa adanya. Di bangun di lingkungan yang baik untuk lilin penerang dunia yang dicintainya. Meskipun tak jera ia setiap malamnya kembali ke lembah nista penuh lumpur dosa.
Hingga di suatu pagi, ia seakan mendapati tubuhnya kaku tak berdaya bagaikan mati. Tak percaya apa yang ada di hadapannya, seperti serigala yang sedang mengincar domba. Dan ialah domba itu. “Kang Sunarwan.” Ucapnya kepada laki-laki berpotongan klemis bak arjuna. “Cahaya.” Balasnya mengenali lekuk tubuh sang masa lalu. “Kamu toh, Aya. Saya kira siapa. Ayo mas, ngapain kita bengong disini sama Aya. Mending kita belanja.” ucap sang isteri sinis.
Tiba-tiba, “Bruk..” suara barang saling bertubrukan. “Maaf tante, Lilin nggak sengaja.” Rengek minta maaf gadis kecil. “Aduh…!!! Dasar anak nakal. Nih lihat baju mahal saya jadi kotor kena ice cream kamu. Huh, sini biar saya kasih pelajaran kamu.” keluh Sinta, isteri sunarwan. Jika saja Aya terlambat menahan tamparan Sinta kepada buah hatinya, mungkin pipi yang merah berbekas tangan itu sudah ada di pipi anaknya. “Aya, apa-apaan kamu belain anak kecil ini?” tanya Sinta terheran. “Sinta, seharusnya kamu tahu dia ini cuma anak kecil. Lagi pula bukan salah dia menabrak kamu, aku lihat sendiri, kamu yang menabrak anak ini saat hendak mau pergi.” Jawabnya membela sang anak.
“Mama…mama! Mama nggak kenapa-napa kan? Lilin salah ya ma? Maafin Lilin ya ma..” tanya sang anak kepada induknya.
“Enggak sayang, mama baik-baik saja kok.”
“Oh, rupanya anak ini anak kamu toh Aya. Pantes kelakuannya sama seperti ibunya.”
“Sinta, kamu boleh aja ngehina aku atau nyakitin aku. Tapi jika kamu menyakiti anak aku, aku nggak segan-segan melawan kamu. Ayo Lilin sayang, kita pergi.” ucapan bagai tameng pelindung akhirnya keluar juga, bersama menghilangnya tubuh indah itu di keramaian pusat perbelanjaan kota.
Dalam perjalanan pulangnya, Sunarwan gundah gulana memikirkan gadis kecil itu bersama wanita masa lalunya. Di pikirannya ia memprediksi umur gadis itu sekitar lima tahunan. Dan jika benar, berarti apakah gadis kecil itu buah hatinya yang tak ia akui selama ini? Pikiran akan rasa bersalahnya membawanya mengingat bahwa selama lima tahun perkawinannya dengan Sinta belum juga dikaruniai seorang anak. Dengan mudah ia mengangkat telephon dan menyewa detektif swasta untuk melacak dimana keberadaan Aya dan anaknya.
Satu minggu kemudian, detektif swasta sewaannya telah menemukan tempat tinggal wanita masa lalunya itu. Segera ia menuju kesana.
Pintu diketuk dan dari dalam terbuka. Sungguh tak disangka kenangan masa lalu penuh luka ada di hadapan mata. “Kang Sunarwan, sedang apa akang di sini?” tanya Aya setelah ia mempersilahkan pujaan hatinya dulu, masuk kedalam rumah. “Lilin… Gadis itu apakah … ia buah hati kita, Aya?” tanya Sunarwan to the point. Terlihat ada ekspresi kaget di wajah Aya, sejenak ia berpikir Sunarwan akan kembali kepelukannya dan menceraikan Sinta. Dan mereka akan hidup bahagia bersama dengan Lilin. “Kenapa akang bertanya begitu?” tanya sang gadis menunggu pujaan hatinya menjawab. “Aku ingin minta maaf kepadamu dan kalau benar… aku akan mengakuinya sebagai anak dan membawanya ke rumah. Sinta akan menjadi ibunya. Karena jujur, selama lima tahun pernikahan, kami belum juga dikaruniai seorang anak. Oh ya tentu, kamu juga bisa menengoknya kapan pun kamu mau. Bukankah jika hidup bersamaku masa depan anak itu akan cerah?” pupus sudah harapan yang ada di hadapan Aya setelah ia mendengar jawaban sang pujaaan hati. “Apa akang bilang?! Akan membawa Lilin pergi dari aku? Nggak akan pernah Aya biarkan. Lilin itu anak Aya. Aya ibunya bukan Sinta atau siapapun. Lagi pula siapa bilang Lilin itu anak akang, anak akang yang ada di rahim Aya sudah usir dia sebelum dia lahir. Aya sudah menggugurkan anak itu, agar waktu itu akang puas.” Balas Aya dengan nada keras berteriak.
“Itu nggak mungkin. Aku yakin Lilin itu anak aku. Usianya mungkin sekitar lima tahunan, sama persis sewaktu kamu diusir dari desa.” Sahut Sunarwan tak mau kalah.
“Khekhekhe…”
“Kenapa kamu tertawa, hah?”
“Kalau kamu menyesal aku telah menggugurkan anak kita, kenapa dulu kamu tak mau bertanggung jawab terhadapku, hah? Kenapa? Kamu malah meninggalkanku dan menikah dengan Sinta. Tuhan Maha Adil, ia tak memberikanmu keturunan sebagai balasan atas apa yang telah kamu perbuat selama ini kepadaku. Dulu kamu mencampakan aku dan calon anak kita dan sekarang kamu menyesal menikah dengan Sinta.” Jawab Aya dengan senyum mengembang seraya mengejek.
“Aya aku tahu, aku salah, aku khilaf. Aku telah mencampakanmu dan calon bayi kita. Tapi aku yakin, kamu nggak akan sampai hati untuk menggugurkan anak itu. Dan aku tahu anak kita itu Lilin, kan. Mana dia, aku akan memeluknya dan membawanya ke rumah.” Balas Sunarwan seraya hendak akan menggeledah rumah Aya. Tapi dengan dorongan Aya yang kuat, ia terjengkal ke belakang dan terduduk di sofa. “Jangan harap kamu bisa bawa Lilin dari aku. Langkahi dulu mayatku jika kamu ingin membawanya dan menggantikan aku dengan Sinta sebagai ibunya.” Sang ibu mencoba melindungi anaknya.
“Kamu benar-benar …”
“Ceraikan Sinta dan menikah denganku jika kamu benar-benar menginginkan anak itu, yang padahal kamu tahu bukan darah dagingmu.” Potong Aya. Sebuah kesepakatan maut yang tak bisa adilakukan Sunarwan untuk menceraikan isterinya.
“Kamu sudah gila.”
“Kamu yang gila, mau memisahkan anak dari ibu kandungnya sendiri. Bawa surat perceraianmu ke rumah ini, nikahi aku, baru kamu punya hak atas anak itu. Sekarang keluar dari rumahku.” Balas Aya tegas.
Setelah kepulangan Sunarwan, Aya menangis sejadi-jadinya di kamar. Dilihatnya dan diciuminya kening Lilin yang tak berdosa itu. Dulu memang ia mengharapkan bahwa pujaan hatinya itu mau menerima dan mengakui Lilin sebagai anaknya, tapi kini tidak lagi. Ia tak mau mengharapkan Sunarwan membawa Lilin pergi jauh darinya.
“Kamu sehabis dari mana saja mas, kok pulangnya malam. Atau jangan-jangan kamu habis dari rumah gadis kampung itu ya. Mas, jawab!” bentak sinta kepada suaminya.
“Argh… Cukup Sinta!!! Selama ini kamu aku biarkan mengatur-atur aku, tapi sekarang aku sudah muak. Sudah lima tahun Sinta, lima tahun. Tapi dirahimu belum juga ada keturunanku. Memang aku sehabis dari rumah Aya. Disana ada anakku, anak yang dulunya tidak aku akui, dan sekarang aku menyesal. Aku menyesal telah memilih kamu ketimbang Aya yang sudah melahirkan anakku. Aku pokonya mau cerai. Soal harta gono-gini kita bisa bicarakan dengan pengacara kita masing-masing.” Jawab Sunarwan tak mau kalah dengan Sinta sambil berlalu meninggalkannya.
“Mas, mas tunggu,… kita bisa bicarakan ini, mas..” kini suara yang tadinya bentakan berubah menjadi rengekan dan tangisan.
Esoknya, Sunarwan tak main-main dengan ucapannya. Ia menyerahkan surat pengajuan cerai ke pihak pengadilan. Tepatnya ke Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Sidang pengadilan akan dilaksanakan sebulan lagi. Seusainya mengurus surat perceraian, Sunarwan segera pergi menuju rumah Aya. Ia sudah tak sabar ingin memeluk Lilin dan mengakuinya sebagai anaknya.
Sunarwan seperti biasanya, langsung to the point. Saat pintu dibuka, dengan langsung ia memberitahukan pada Aya bahwa ia akan menceraikan Sinta. Betapa kagetnya ia mengetahui hal tersebut. Ada satu hal yang ada di hati Aya, ‘Apakah hal ini benar?’. Aya memang hina karena memang ia menjajahkan tubuhnya di pinggir jalan, tapi sungguh ia tak sehina itu untuk merusak rumah tangga orang. Waktu itu Aya hanya ingin mempermainkan Sunarwan karena hal yang telah laki-laki itu perbuat dulu padanya. Ia tak sampai hati jika memang Sunarwan benar menceraikan Sinta untuk bersama dengannya lagi.
“Maaf mas, tapi Aya tidak mau. Sampai kapanpun jangan harap Lilin bisa menjadi anaknya Mas Sunarwan, meskipun Mas sudah menceraikan Sinta.  Waktu itu aku hanya ingin mempermainkan mas saja. Ternyata Mas Sunarwan dari dulu sama saja hingga sekarang, selalu mempermainkan wanita. Aya benci akang.”
Brrakk,….
Pintu ditutup dengan kasar. Aya kemudian berlari menuju kamarnya, menuju Lilin yang menerangi hatinya. Cukup satu penerang dalam dalam hatinya, yaitu buah cintanya. Berapa banyakpun uang yang diberikan Sunarwan, begitupun dengan janji-janjinya, Aya tak akan mudah tertipu lagi. Ia bukanlah Aya yang dulu, yang polos. Apalagi ini melibatkan Lilin, anaknya.
Hari telah subuh, Aya membangunkan Lilin anaknya untuk bergegas mandi dan berganti pakaian. Ini adalah hari istimewa. Hari dimana Aya yakin tak akan ada lagi masalah tentang dirinya dan juga Kang Sunarwan. Ya, ia akan membawa Lilin pergi jauh dari sana, dari kota itu. Ia tak akan menjadi Aya Sang Pemuas lagi, Aya yang itu sudah mati mulai hari ini.
Aya sudah menjual rumah itu. Rencana ini sudah Aya susun semenjak ia bertemu  dikembali dengan Sunarwan serta Sinta. Semenjak saat itu, ia mulai mempunyai firasat yang buruk. Benar saja, Sunarwan ingin membawa Lilin. Uang hasil jual rumahnya sudah ia dapat. Dengan uang itu di tambah dengan uang hasil tabungannya yang lain, mungkin Aya bisa membuat usaha home industry untuk menghidupi kebutuhan Aya dengan Lilin di kota yang baru.
Sejenak, Aya menoleh pada rumahnya…
“Selamat tinggal Kang Sunarwan.. Apabila nanti kau tiba disini, Lilin itu telah ku bawa pergi. Karena lilin ini berbeda dengan lilin-lilin lainnya yang muda padam apabila terkena angina maupun air. Ia Lilin istimewa yang akan terus menerangi setiap langkah hidupku…”
TAMAT.

Kamis, 11 Juli 2013

My Cerpen : Cowok Bukan Cewek


COWOK BUKAN CEWEK

Kubercerita tentang cinta… Tentang suatu hal yang tak biasa, tentunya unjuk jenis dan anak sepertiku. Mereka memanggilku ‘Cotix’, yang berarti cowok cantik. Sungguh aku tak suka dengan sebutan itu. Kuakui memang pahatan yang ada pada wajahku sangat cantik, tapi tentu aku tidak bisa berbangga diri dengan statusku berjenis kelamin cowok.
            Namaku Reihan Arjuna Putra, umurku baru 17 tahun. Aku mempunyai saudara kembar cewek bernama Rihana Srikandi Putri, atau yang biasa kupanggil Kak Ana. Tentunya sudah jelas darimana aku mendapatkan wajah yang imut jelita ini. Tak lain dan tak bukan karena wajahku adalah wajah cewek milik kakak kembarku. Kadang aku bertanya pada mama, ‘kenapa aku mendapat wajah cewek?’ dan mama hanya bisa mengelus kepalaku dengan lembut.
            Satu lagi masalah dalam hidupku yang membuat aku gerah dalam masa remaja. Aku LEBIH BANYAK ditaksir COWOK ketimbang CEWEK. Bayangin gak tuh betapa puyengnya kepalaku. Alasan cowok-cowok sinting itu adalah karena sikapku yang kalem yang baik gak kayak iblis preman kakak cewekku yang satu itu, plus ditambah aku mempunyai wajah cewek. Dan waktu aku tanya apa mereka udah gak waras karena naksir cowok, jawaban yang kudapat tak kalah gak warasnya! Masa mereka bilang: “ Toh, masih cinta monyet! Ntar kalau udah waktunya cinta beneran kita balik ke asal kok, kita itu masih doyan cewek. Cuman masalahnya elo sih, punya wajah kok cantik gitu. Coba aja kakak loe, si Ana, itu bandelnya bisa ketulungan, kita-kita pasti gak ngejar elo kok, tapi ngejar kakak loe.” Buju Buset!
            Sebenarnya aku lagi suka dengan anak, dan tentunya CEWEK bukan COWOK! Jangan kalian kira wajahku cewek jadi orientasi seksualku juga ikut berubah yah! Enggak, aku masih normal.  Tapi apesnya, pas aku nembak dia, eh dianya malah nolak aku dengan alasan yang sungguh kejam. Dia bilang dia nggak mau dibilang aneh dan menjurus ke lesbi gara-gara pacaran ama ‘Cotix’ kayak aku. Huhuhuhu… Kalau gini sih namanya udah jatuh ketimpa tangga pula, uda ditolak dikatain pula. Ih, sebel! Kenapa sih gue punya wajah Kak Ana? Kenapa gak Kak Ana aja yang punya wajah gue ???
            Hari ini adalah pelajaran Bu Sekar. Bu Sekar itu selain baik dia itu juga cantik bro. Banyak anak cowok yang kegirangan kalau pas pelajaran IPS, pelajarannya Bu Sekar. Termasuk, ehem, aku. Hehehehehe… Namanya juga cowok dalam masa puber.Tapi pagi ini ada sesuatu yang beda dengan Bu Sekar. Dia datang ke kelas nggak sendiri, tapi ditemeni cowok yang kebule-bulean, alias blasteran. Rupanya cowok itu anak baru pindahan dari Thailand. What? Thailand??? Wow, import dong, hehehehe.
Namanya Mark Achivat Milmen. Nih bocah ngakunya sih keturunan Thailand-Indonesia dari ibunya, Jerman dari bapaknya. Well, wajah nih bocah sih 11-12 sama idolanya cewek yang gue taksir, Mario Maurer. Nah, yang paling bikin dongkol- seikan dongkol  (eh salah, itu ikan tongkol ya? ) adalah… Nih bocah bilang kalau dia punya cinta pertama sewaktu masuk kelas ini. Semua anak cewek yang keganjenan langsung girang aja dan para cowoknya langsung BETE GILA. Terus tuh cowok dengan polosnya langsung nunjuk ke arah aku, AKU!!! Bayangin man, gimana muka gue gak merah tuh karena malu. Eh, dianya juga langsung nyelonong duduk di bangku sebelah aku yang emang kosong, Anjrit! Satu kelas pada melongo karena nih bocah urat malunya uda putus.
“Hey, my name is Mark. What your name my beautiful lady?”
“Arrghhh!!! Listen to me you jerk! I’m a boy, and i not beautiful.  I’m hand some you know!“
Aku nggak sadar kalau seisi kelas dari tadi memperhatikan kami berdua.  Begitu aku selesai ngomong begitu ke Mark, eh sialannya mereka semua malah tertawa. Teman aku yang udah aku anggap kayak sodara sendiri, Andi, aja tega ngatain aku. Katanya mata gue uda soak karena gak bisa bedain mana wajah yang cakep mana wajah yang cantik. Jelas-jelas wajah gue wajahnya  Kak Ana, ya pasti cantiklah. Tapi kan aku masih punya yang namanya gengsi. Masa cowo kayak aku harus ngaku kalau aku cantik, bisa dikira banci ntar.
Bu Sekar yang aduhai sungguh anggun itu menengahi anak sekelas yang pada ketawa. Beliau dengan lemah gemulainya bak Putri Solo yang mau manten, memulai pelajaran. Aku masih sebel gara-gara si Mark gak mau pindah ke tempat duduknya si Selvi, primadonannya kelas. Ya meskipun aku akui Cuma parasnya aja yang ‘primadona’ tapi hatinya, beuh, lebih kejam daripada cambuk malaikat. Nah sayangnya, dulu aku kok bisa ya kesambet cinta ama itu cewek.
Padahal tempat duduknya si Selvi itu strategis banget, Roni kapten basket aja ngincer tempat duduk itu terus. Selain karena ada si Selvi, tempat itu jelas buat lihat papan pelajaran. Pertanyaannya, kemanakah si Roni sehingga tempat duduk sebelah Selvi kosong??? Jawabannya karena beberapa menit yang lalu Selvi uda ngusir itu bocah ke tempat duduknya Andre, yah karena ada Mark tentunya.
Selama pelajarannya Bu Sekar aku bête gila. Aku nggak nyaman merhatiin paras cantiknya Bu Sekar, eh, maksudku pelajarannya Bu Sekar karena, diperhatiin terus sama si Mark. Arggghhhh…. Aku bisa gila kalau begini terus.
Akhirnya aku harus rela melepas paras ayu Bu Sekar yang digantikan dengan paras killernya Pak Somad, si guru Bahasa Inggris. Pak Somad memberikan tugas yang lumayan gampang kali ini,.. TAPI GAK BUAT AKU. Mungkin yang punya kepribadian melankolis atau romantis dapat mengerjakan tugas ini dengan mudah karena beliau memberikan tugas : Make a portrait with your heart. And Absolutly the portrait use theme a romantic school. Buju buset, Pak Somad kayaknya lagi ngalamin yang namanya puber ke 2.
Oke, ini gawat. Pelajaran Pak Somad itu paling anti dapat nilai dibawah KKM. Sekalipun cuman satu aja, pasti udah jadi bulan-bulanannya beliau. Dengan ucapan basmalah aku mulai menulis kata-dengan kata yang amat gaje dan garing sekali maknanya. Berharap Allah mau menjabah doa aku yang mengharapkan Dewi Fortuna hadir menemaniku dan Malaikat Malik yang langsung mengirim Mark ke dalm neraka karena tatapan anehnya itu.
Setelah semua anak selesai mengarjakan tugasnya, Mark si murid pindahan ketiban (entah apa namanuya, sial atau malah beruntung?) tugas untuk membacakan puisinya di depan kelas. Sungguh AKU MAU MATI rasanya ketika ia membacakan puisinya yang ternyata di tujukan untuk… AKU!!! Aku yakin banget kalau mukaku uda semerah kepiting rebus, tinggal di kasih kecap asin, terus dimakan deh pake nasi… Pasti enak :P #Woi, benang merah!!!
Oke, balik ke cerita awal. Ketika bel uda berbunyi, aku menganggap semua ini akan berakhir. Aku secara suka rela akan pindah ke sebelah bangku Andi. Tapi ternyata si Mark malah menghalangi aku. Dia ngikutin aku dengan cara memindah-mindahkan tas teman-temanku yang aku mau dudukin sebangku dengan digantikan tas dia sendiri. Teman-temanku tentu protes karena aksi yang aku lancarkan membuat mereka tak nyaman. Mereka nggak memarahi si Mark karena dia masih murid baru, cakep pula.
Dan well, aku kembali bernasib duduk bersama si Mark muka topeng. Aku naik pitam banget waktu dia nanya privasi aku sampai celana dalam apa yang saat ini aku pakai. Dasar  Mark si bule edan. Aku berulang kali mendeklarasikan kepadanya bahwa aku adalah seorang COWO dan dia seharusnya nggak ngikutin atau kepo banget tentang urusan pribadi aku kalau dia nggak mau dianggap aneh.
Aku serasa meregang nyawa ketika anak ini bilang dengan lantang dan bersuara keras  sehingga kedengaran anak sekelas kalau dia nggak percaya bahwa aku adalah cowo. WHAT THE HELL??? Dia melanjutkan bahwa aku adalah seorang LESBI yang nyamar jadi cowo demi mendapatkan seorang CEWE… Mampus gila, wajah aku pasti uda biru pucet mirip ketemu sama malaikat pencabut nyawa. Ini anak kolotnya gak ketulungan. Aku seakan-akan brdiri di tepi tebing yang dalem banget karena melihat anak-anak sekelas yang menatap aku dengan tatapan ‘apa mungkin iya?’, bahkan si kupret Andi juga melayangkan tatapan yang sama. Woy sadar, kita sohiban aja uda dari kecil, pake kamar mandi aja juga pernah berdua dasar loe blo’on bener jadi anak.
Hari itu adalah hari terlambat yang pernah aku rasain gara-gara ada si Mark si bule edan. Beruntung banget sewaktu istirahat kedua tadi ada Kak Ana yang datang ke kelas dengan tingkah konyolnya bin ajaib yang buat aku ketawa-ketiwi. Si Mark cengo banget waktu tahu aku kembar sama Kak Ana. Dan kesempatan itu aku buat untuk menjelaskan bahwa Kak Ana itu CEWE sehingga si Mark bisa ngecengin dia aja ketimbang aku yang seorang COWO.
Setelah istirahat kedua usai, si Mark sikapnya anteng banget. Dia nggak natap wajah aku lagi dengan tatapan mupeng. Aku bersyukur dan berpikir bahwa ia udah mulai ‘sadar’. Dan sekolah untuk hari itupun terlewati.
Pulang ke rumah aku dikejutkan dengan hal yang paling aku sukai. Mama memasak semur daging kesukaan aku. Sebenarnya sih nggak cuman masakan satu itu aja. Ada banyak banget makanan di meja makan. Katanya papa yang kebetulan lagi libur kerja, rumah kita bakalan kedatengan tamu teman papa dulu sewaktu kuliah S-2 di Jerman. Sebenarnya sih perasaan aku agak gak enak mendengar kata ‘Jerman’ karena mengingatkan aku dengan si Mark bule abal-abal itu. Tapi semua perasaan itu langsung hilang karena papa bilang tamunya itu special buat Kak Ana yang nakalnya na’udzubila.
Bagaikan tersambar ribuan watt petir rasanya ketika tahu bahwa ternyata tamu makan malam keluarga kami adalah keluarganya si Mark. Kak Ana juga sempat bingung dengan memasang tampang cengo mampus. Tapi kecengoannya langsung lenyap dan gak ambil pusing. Sedangkan aku ? Jangan ditanya lagi, aku sudah suntuk edan.
Acara makan malam berlangsung seru. Om Hans, papanya Mark sekaligus teman papa, bercerita tentang kejadian lucu dulu ketika mereka berdua (sama papa) kuliah di salah satu universitas ternama di Jerman. Entah itu Om Hans sendiri yang masuk selokan, papa yang ditabok cewek ketika salah nembak, dan hal gokil lainnya. Tiba saatnya hal serius yang dibicarakan.
Entah aku bahagia tau apa ketika mendengar kakak kembar aku satu-satunya akan ditunangkan dengan Mark si bule abal. Katanya sih juga sebagai pemersatu kedua perusahaan yang sedang ada kontrak kerja sama. Kak Ana yang tipikal temper langsung marah dan menggebrak meja bersamaan dengan Mark. Lho, kok bareng? Ternyata nasib sial masih gak jauh-jauh juga dari aku.
Mark nggak setuju kalau dia yang akan ditunangkan dengan Kak Ana karena dia sudah punya gebetan lain, sedangkan Kak Ana sendiri nggak mau kalau kehidupan pribadi (terutama asmaranya dia) digangguin sama campur tangan orang tua. Aku hanya menjadi pendengar setia saat itu. Keluarga Om Hans maupun papa nggak bisa marah ke lain pihak keluarga karena kedua anak mereka sama-sama nggak setuju.
Aku tercengang ketika Om Hans bertanya kepada Mark kenapa dia tiba-tiba nggak mau dijodohkan sama Kak Ana, padahal dulu sewaktu fotonya Kak Ana ditunjukan ke Mark, dianya setuju. Dan jawabannya tak lain dan tak bukan adalah karena Mark uda terlanjur love in first sigh with me. WHAT, GILE BENER…!!! Dia dengan seenak udelnya bilang ke semua orang yang ada di ruangan itu kalau dia mau dijodohin aja sama aku. Sampai detik ini pun dia nggak percaya kalau aku adalah COWO, Mama, Papa dan Kak Ana hanya bisa masang tampang blo’on sambil mulut menganga. Keluarganya si Mark bule edan juga sama cengonya.
Aku yang uda kehabisan akal, langsung menarik tangan Mark untuk pergi ke kamar mandi. Biar dia tahu kalau gue sama dia juga SEJENIS. Tapi dianya nggak mau, dia bilang kita masih bukan muhrim. Anjrit. Gila……!!! ARGGGHH….  Pengen gantung diri rasanya.
 Memang aku dan Kak Ana bermuka sama, tapi kepribadian kami berbeda. Dari pertama Mark masuk ke sekolah aku dan Kak Ana juga karena perjodohan itu. Sewaktu ia sekelas sama aku ia langsung suka sama kepribadianku (padahal aku nggak ngapa-ngapain, dasar bule edan) Ia langsung menyatakan cintanya saat perkenalan tanpa tahu aku Kak Ana atau bukan. Jadi intinya dia cuman mau nikah sama aku. Begitulah cerita Mark di depan seluruh keluarga.
Kedua keluarga sempat bingung mau gimana. Mark demi perjodohannya dengan aku berhasil, dia membisikan sesuatu ke telinga Om Hans. Nggak lama setelah itu, Om Hans mengajak papa keluar sebentar untuk membicarakan sesuatu. Sekembalinya Om Hans dan papa, keluarga Om Hans pamit undur diri, soal pertunangan ini akan dibicarakan di lain waktu.
Sepeninggal keluarga Om Hans, papa mengadakan rapat keluarga. Kak Ana masih memasang wajah ditekuk dengan banyak perempatan yang berkedut di jidatnya. Dan kaputusan papa seakan membuat aku tertancap ribuan pisau belati. Beliau setuju untuk menikahkan aku dengan Mark bulan depan di Thailand karena utang perusahaan papa yang menumpuk pada perusahaan Om Hans. Jika hal itu tak disetujui maka semua aset milik papa akan disita dan papa juga akan masuk penjara.
Kak Ana dan Mama seakan syok seketika. Dan aku jangan ditanya lagi, aku uda pingsan saat itu. Memang sih banayak banget pernikahan sejenis di Thailand, tapi jangan gitu juga dong. Masak ngorbanin aku demi perusahaan, aku nggak mau, hiks… Tapi begitu meihat tampang susah papa dan mama, serta Kak Ana yang seketika merubah raut mukanya menjadi psikopat tukang jagal orang dengan ketawa khas Mrs. Kunti (Hyyy,, serem) yang mau ngebantai keluarganya Om Hans, aku mau nggak mau setuju akan pemaksaan pernikahan gender itu.
Tak terasa sudah satu bulan berlalu. Kini aku beserta keluarga besarku  (Papa dengan wajah yang melas, mama yang menangis dengan hidung yang beler, Kak Ana yang membawa pisau daging ukuran jumbo untuk ngebantai orang) sudah berada di kediaman keluarganya Om Hans, di Thailand tentunya. Dan upacara pernikahan itupun berlalu. Kini aku sudah menjadi isterinya si bule edan. Kupastikan kamu akan menyesal Mark, karena aku adalah COWO bukan CEWE lihat aja ntar. Tiba saatnya mempelai pria mencium mempelai wanita. Mark uda monyongin bibirnya kea rah aku, tinggal beberapa hitungan lagi pasti nempel deh itu bibir…satu…dua…. Ti…
KRING…. KRING…KRING…
“Waaaa!!!” Aku terbangun dari tempat tidurku dengan keringat bercucuran persis habis dikejar setan. Aku bersyukur ternyata aku cuman mimpi buruk tentang bule edan yang ngejar-ngejar aku. Segera aku mematikan jam alarm yang ada di nakas di samping tempat tidur. Ku timang-timang jam itu, kupeluk serta kucium (Oke, lebay) karena ia telah menjadi malaikat pembangun dari mimpi burukku.
Aku segera beranjak dari tempat tidur dan memulai ritual pagiku, mandi. Setelah itu seperti biasa aku meluncur keruang makan sambil menenteng si Item, tas kesayanganku. Sarapan telah ludes masuk ke perut, kini saatnya aku dan Kak Ana berangkat sekolah dianter papa (Sekalian mau ke kantor). Tak lupa kami berdua (aku dan Kak Ana) salim, cipika-cipiki sama mama, biar nggak durhaka kaya si Malin.
Sampai di sekolah aku dan Kak Ana pisah kelas. Aku segera melenggang masuk ke kelasku yang kebetulan sudah banyak anaknya karena emang bentar lagi uda bel masuk kelas. Aku semangat banget karena hari ini pelajarannya Bu Sekar yang wow, harum mewangi sedap dipandang orangya. Persis banget sama namanya, Sekar. Oh Bu, seandainya ibu lebih muda 8 tahun (Bu Sekar umurnya 25) pasti saya langsung nembak ibu.
Bel masuk sekolah sudah berbunyi. Anak sekelas dengan khidmat duduk di tempatnya masing-masing. Aku yang entah mengapa menjatuhkan si Ijo, karet gelang kesayanganku yang selalu kupakai di tangan kanan (semua benda kesayanganku selalu kukasih nama) langsung kuambil di bawah bangku. Hal itu bertepatan dengan datangnya Bu Sekar dengan seseorang.
“Anak-anak, hari ini kalian mendapat teman baru. Silakan kamu memperkenalkan diri kamu di depan kelas.”
Aku yang mempunyai perasaan tak enak langsung mendongakan kepala dari bawah bangsu sehabis mengambil si Ijo.
“Hy Friend’s my names is Mark Achivat Milmen. I’m blaster Indo-Thai-German. I from Bangkok , Thailand. Nice to see you all. “
Wajah yang sama, suara yang sama dan…
“AAA…AAA…AAA” teriakku membahana di seluruh penjuru kelas, bahakan sekolah. Seketika itu pandanganku mulai menghitam, pingsan.

TAMAT.

My Cerpen : Please, Tolongin Gue...!!!


PLEASE, TOLONGIN GUE
 

Angela Audy Syafrina Artis Terkenal TOP Ibu Kota Saat Ini Sedang Berada Di Rumah Sakit Permata Hati Ibu Karena Hamil?!

    Panas hati Audy ketika membaca salah satu judul sebuah tabloid majalah terkenal. "Sotoy nih wartawan, jelas-jelas bukan gue yang hamil. Tapi Kak Fira. Ah, Rese" gerutunya sambil membuang tabloid majalah itu. Tak lama kemudian Kak Fira masuk ke kamarnya sambil membawa bingkisan berisi buah. Ia ikut tertawa menyaksikan ekspresi wajah adik semata wayangnya itu yang merah padam. Mungkin di benaknya juga terbesit rasa kasihan.
    
    "Kakak juga sih, pake cek kehamilan di rumah sakit ini juga. Jadinya kan mereka ngira kalau aku yang hamil. Kenapa sih, papa sama mama ngasih nama kitahampir sama? Angela Audy Syahfira sama Angela Audy Syafrina, tuh cuma beda Fira sama Frina-nya doang."
    "Ya sayang, mungkin mereka sama-sama suka sama nama itu. Jadinya kita berdua dikasih nama yang hampir sama deh."
    "Gara-gara petugasnya juga sih, salah kasih informasi, kalau yang hamil itu kakak bukan aku, huh sebel."
    "Uda, adik kakak yang satu ini jangan marah-marah terus. Ntar cantiknya hilang, lho! Oh, ya ini ada kiriman dari Dodi."
    "Dodi? Aku uda putus sama dia. Terserah deh, itu buahnya kakak mau apain, aku nggak peduli."

     Mendengar ucapan adiknya, Kak Fira hanya bisa angkat bahu. Setelah itu ia segera meninggalkan adiknya sendirian untuk TER-ME-NUNG. Belum terbesit di benak Audy ia masuk rumah sakit karena cowok brengsek yang ia pacari selama dua tahun belakangan iniSedikit ada rasa menyesal mengapa ia tak memilih Rio, cowok ganteng super populer dikampusnya, untuk jadi pacarnya. Apalagi Dodi meninggalkannya untuk seorang Stela?!!! Hallo??? Stela, cewek kutu buku itu??? Semakin kesal hati Audy karena ia kalah pamor dari seorang kutu buku.
    "RringRringRrRingrRrringrRr..." dering bunyi Hp Audy bertanda ada masuknya sms. Tertera dari Rangga. "Dear, My Best Friend Forever... Hebat loe dy. Belum pernah bikin kontroversi, sekali bikin...BUSET. Gedenya minta ampun... Batheway..Loe nggak hamil beneran sama Dodi kan?" ah, resek nih si Rangga, batin Audy kesal. Ia segera membalas sms sahabat dari kecilnya itu. "Dear My Lovely Friend.. Nggak. Gue nggak hamil anaknya Dodi. Tapi hamil anak loe... PUAS??!!!" send and berhasil. Rangga yang waktu itu sedang enak-enaknya makan pentol mini, jadi keselek mampus baca sms itu. "Anjrit loe Dy, bikin gue keselek" batin Rangga sebal.
    Audy memanglah artis pendatang baru. Tapi berkat sejumlah sinetron yang ia bintangi, namanya langsung tenar di jagat hiburan. Tidak butuh waktu bertahun-tahun untuk bintangnya bersinar, cukup hanya satu tahun. Semenjak itu hidup Audy berubah. Dulunya ia adalah gadis yang tomboynya, beuh, bener-bener minta ampun. Hampir ia tidak mempunyai teman perempuan. Alhasil ia berteman dekat dengan Rangga dan Raddith. Kedua sohibnya itu selalu mewarnai hari-hari Audy yang bisa dibilang cuman hitam putih doang. Tapi setelah tenar, baju style jenis apapun harus ia pakai beserta paket high heels-nya. Sebenarnya selain menjadi artis, Audy juga sangat berniat untuk menjalankan perusahaan papanya itu, tapi apalah kata papanya nanti. Ia hanya seorang anak bungsu. Pastilah yang menjalankan perusahaan itu nantinya adalah kakak pertamanya, Dion.
    "Hah...Ngapain juga aku mikirin hal kayak gitu. Batheway... Si Raddith kok nggak ngasih ucapan cepet sembuh ya ke gue? Ah, jadi penasaran..." batinnya mencari tahu. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Tak beberapa lama kemudian Raddith mengirimkan kabar. "Dear my lovely friend, Audy... Gue sempet kaget denger berita loe di HOTGOSSIP dimanapun chanel tv gue pindah. Tapi, gue turut berduka karena "kecelakaan" yang terjadi menimpa loe dan Dodi. Semoga loe tetep sabar menjalaninya." Dasar sableng!!! "Nih, anak baru nyungsep ke mana nih kepalanya kok bisa dodol kayak gitu. Jelas -jelas gue kagak hamil." Kini giliran Audy yang mengerjai sahabatnya yang satu ini. "Dear my lovely Friend... Sayang... masak kamu nggak inget waktu malam itu? Aku kan hamil anak kamu, bukan anaknya si Dodi troublemaker itu. Forever i love you, darling.." send dan berhasil. Kali ini nyaho' loe, gue kerjain kayak gini, batin Audy puas.
    Lebih parah dari Rangga, Raddith yang waktu itu sedang makan bakso SUPER JUMBO di warung bakso langganannya juga ikut keselek. Kebayangkan, kalo makan pentol mini saja bisa keselek mampus gimana pentol yang SUPER JUMBO????? Dampak yang dihasilkan dari sms balesan Audy sangat dahsyat. Raddith terpaksa ikut menemani Audy di rumah sakit. Alias OPNAME. Audy dan Rangga cekikikan melihat tampang sahabatnya yang satu ini. Apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur,  Raddith tidak bisa kabur. Ya, ia tidak bisa kabur dari hukum karmanya akibat menjahili Audy (lebih parah dari kejahilannya Rangga).    
     Sudah empat hari Audy opname dan hari ini ia bisa pulang ke rumah. Berbeda dengan Raddith, ia masih harus satu minggu lagi berada di rumah sakit itu. Setelah insident yang menimpanya itu (keselek BAKSO JUMBO), ia harus menjalani operasi pengangkatan BAKSO JUMBO yang tersangkut di tenggorokannya. Plus, Raddith juga harus puasa nggak boleh ngomong sampai beberapa hari. Terpaksa ia harus menulis semua yang ia ngin utarakan kepada dua sahabatnya itu. "Dasar, loe berdua enak bisa bebas. Lah, gue? Kesiksa disini. Gara-gara loe juga sih Dy!!!" tulis Raddith dan segera ia menyerahkan papan tulis mini itu ke Audy.

    "Hahahahahah...!!! Salah loe sendiri, pake sms kayak gitu ke gue. Mana gue tau waktu itu loe lagi makan bakso SUPER JUMBO. Keselek kan lu."
    "Ya salah loe juga sih, Dith. Ngisengin Audy parah amat. Hehehe..."
    "Udah, ah. Pergi yuk. Pasti Bang Maman udah nungguin gue tuh. Lo mau bareng kan. Yuk!"
    "Gue sama Audy pergi dulu ya, Dith . Dah Raddith, selamat liburan di tempat tidur.!!! Hehehe..."
    
    Audy memang biasa diantar jemput sama Bang Maman, supir pribadinya. Ia malas jika harus menyetir mobil, apalagi ditengah jadwal syuting yang padat dan juga di tengah-tengah macetnya Kota Jakarta. Begitu masuk diparkiran, ia dikagetkan dengan papa, mama, Kak Dion dan Kak Fira yang stay di depan mobil. Alhasil rencana semula Rangga untuk nebeng, GATOT. Alias GAgal TOTal. Begitu Audy masuk mobil, suasana hening seketika. Seperti ada sesuatu buruk yang telah terjadi. "Dion, kita jangan pulang ke rumah dulu. Kita ke Caffe biasanya saja." suara papa yang membuka keheningan. Mampus gue, pasti gara-gara gossip murahan itu, batin Audy.
    What? Gue mau di jodohin sama anak temennya papa??? Nggak salah nih, pikirnya. Selama waktu makan siang itu, Audy hanya bisa menunduk pasrah. Sebelumnya ia sudah bisa menbak apa yang akan terjadi padanya setelah gossip itu tersebar. Seperti yang sudah-sudah. Dari Kak Dion hingga Kak Fira, kedua-duanya bertemu jodoh masing-masing karena papa. Tidak lain tidak bukan karena perjodohan antara beliau dengan teman bisnisnya. Tapi sejauh Audy melihat, kedua rumah tangga kakak-kakaknya fine-fine aja. Tidak pernah terdengar di telinga Audy bahwa Kak Dion, Kak Fira berseteru dengan pasangannya masing-masing. Kak Dion sudah punya Cecil, anak pertamanya dengan Nadin. Sementara kak Fira juga lagi mengandung anak pertamanya juga, hasil buah cintanya
dengan Bram, suaminya.
     Setelah acara makan-makan keluarga selesai, Audy hanya bisa menutup diri di dalam kamar. Lantaran jika ia keluar, blitz paparazi akan mengejarnya dan well, gossip baru akan dimulai. Sangking sebelnya, ia langsung mengambil BB-nya dan langsung menulis status di tweeter dan Fb...

    "Gara-gara GOSSIP gue jadi dijodohin!!! :( "

    Begitu kira-kira yang ia tulis. Semenit kemudian baru ia sadar bahwa status barunya itu akan membawa bencana besar baginya. "Dasar kucrut! Gue malah nulis status ginian. Ancur-ancur!!!" 
    "AUDY...!!! Papa sudah bilang jangan suka nulis status sembarangan...!!!"
    Nah gini nih, kalau punya papa exis-nya minta ampun. Audy yakin betul kalau teman bisnisnya papalah yang memberitahukan STATUS AUDY ke papa tercinta. Audy memang terkenal diantara teman pebisnisnya papa, tentu karena ia seorang artis. Hampir seluruhnya memiliki acount fb dan tweeter Audy. Jadi sedikit saja ia membuat status yang nyeleneh, tidak dibutuhkan waktu beberapa jam, papanya sudah langsung bisa merebusnya. Papa Audy memang workaholic sejati, pebisnisnya tersebar di seluruh dunia. Fans-fansnya juga tak kalah banyak. Jelas saja, dengan umur papa yang masih terbilang muda, 39 tahun, beliau sudah bisa mengembangkan bisnisnya sampai ke seluruh dunia.  Apalagi beliau adalah BULE asal Inggris. Dulu mama sempat mau bercerai dengan papa karena membludaknya fans wanita papa yang datang ke rumah dan mencari beliau. Siapa yang nggak kesal coba, isteri baru melahirkan anak ketiga (Audy) eh, wanita lain sudah datang ke rumah mencari suami.
    Benar saja, setelah Audy meluncur ke ruang kerja papanya itu ia langsung di rebus di dalam kuali. Tinggal diberi bawang merah, bawang, putih, bawang bombay, daun bawang (kok dari tadi serba bawang ya? -_- " ) serta bumbu-bumbu lainnya, Audy siap dinikmati beserta nasi. Sepulannya dari ruang kerja sang papa, ia langung menuju kamar, mengambil sabun wajah dan meluncur lagi ke wastafel. Rupanya muka Audy penuh dengan "kuah" dari papa tercinta. HYYIIU..!. Keesokan harinya Audy pagi-pagi sekali menelepon Rangga. Ia meminta sohibnya itu untuk menjemputnya nanti malam untuk menjenguk Raddith.
Tumben-tumbenan si Audy pengen ketemu Raddith. Perasaan baru kemarin ia pulang dari rumah sakit dan ketemu dia, pikir Rangga.
    Malam cepat datang. Dan mobil BMW Rangga sudah stay di depan rumah Audy. Dengan sigap Audy melengang masuk ke dalam mobil. 
    Setelah beberapa menit di dalam mobil baru Audy sadar, ada hal yang ganjal di dalam mobil itu, entah apa. Audy melirik ke arah Rangga yang ada di sampingnya. Terlihat Rangga menutup satu mulutnya karena menahan tawa. Awalnya Audy tidak curiga Rangga berbuat seperti itu tapi, lama-kelamaan tawa Rangga meledak juga. "Apaan sih, Ngga? Loe kok cekikikan gitu!" omel Audy. "Hahahaha...Gue...Gue ngetawain elo Dy. Batheway, sepatu yang loe pakai itu...Lagi trend ya?" tanya Rangga. Hah sepatu? Audy melirik sepatunya, dan... DASAR APES!!! Itulah kata yang pantas untuk Audy saat ini. Melihat ia mengenakan sepatu high heels merah di kaki sebelah kiri dan sandal jepit warna hijau milik Mbok Siti di sebelah kaki kanannya. Melihat wajah Audy yang memerah, Rangga segera membelokkan mobilnya ke salah satu Butik Fashion ternama. "Sudah sana, Artis PAPAN ATAS. Cepet belanja sepatu sebelum trend sepatu loe jadi nge-hits di ekspose media. HAHAHAHA..." canda Rangga yang sudah membuka mulutnya membentuk huruf O penuh. Audy menengok kanan-kirinya, melihat kira-kira ada nggak ya barang yang pas buat nyumpel mulut Si Rangga itu???!! Akhirnya pilihan Audy segera jatuh ke tissu yang ada di hadapannya. Dibentuknya tissu itu menjadi bulatan dan.... Hup!!! Hore, masuk! Lemparan Audy tepat pada ringnya, mulut Rangga. Selagi Rangga terbatuk-batuk, Audy segera keluar dengan melepas sepatu-sandal-nya lalu masuk ke Butik itu.
    Audy tampil percaya diri kembali dengan sepatu high heels goldennya. Dan Rangga suntuk berat gara-gara lemparan tissu tadi berhasil nyelonong masuk ke dalam tenggorokannya. Emang enak, batin Audy Bangga. Tak sampai setengah jam, Audy dan Rangga sudah ada di dalam ruang VIP Raddith.    Well, kembali ke rencana awal. Tujuan utama Audy ke tempat Raddith beserta Rangga adalah untuk menceritakan nasibnya setelah angin puting beliung menimpa dirinya. Sudah bisa ditebak, pasti kedua sohibnya itu ketawa belingsatan. Terutama Rangga yang sepertinya penuh dengan gas tawa, plus bau jigong mulutnya, YAIKS..!!! Kalau Raddith jangan di tanya lagi, dari tadi ia sudah jungkir balik nggak karuan di tempat tidur dan menangis sejadi-jadinya. Bukan karena broken heart, tapi tahu kan dia nggak boleh ngomong buat sementara??!! Jadi ketawanya sambil nangis gitu.
    Melihat kelakuan kedua sohibnya yang terbilang "menyukurkannya" Audy jadi dongkol berat. Apalagi mengingat bahwa acara perjodohannya akan dilaksanakan tiga bulan lagi. Gila. Tiga bulan lagi? Siapa yang mau coba, kenal aja belum, eh uda main jodoh-jodohan. Benar-benar kembali ke dunia Siti Nurbaya. Gimana HOTNEWS nanti jadinya ya? Digosipin hamil terus acara pertunangan yang super dadakan. Bisa tambah runyam nih jadinya. Sebenarnya ketakutannya jika ia nanti bertunangan adalah "Gimana kalau orangnya jelek?", "Gimana kalau orangnya protektif?", "Gimana kalau nanti orangnya PLAYBOY" dan hal-hal negatif lainnya. Juga, karena Audy belum mengenal gimana pribadi tunangannya itu, jelekkah? Baguskah???    Audy mulai berpikir bahwa ia sudah ketularan virus perjodohan kakak-kakaknya dan mulai merencanakan cara pembatalan acara pertunangan itu. Tiba-tiba muncul ide gila yang terlintas di otaknya. Dan ide gilanya itu juga melibatkan kedua sohibnya yang kocaknya nggak ketulungan.
    "Salah satu dari loe-loe semua harus mau jadi pacar bo'ongan gue!" cetus Audy.    "Gila loe!!!" teriak Rangga dan Raddith bersamaan. Ya meskipun Raddith terikanya dalam hati.    "Please... Tolongin gue!!!" Gue nggak mau dijopdohin sama ortu gue. Ya...Ya...Kalian kan sohib gue, masa' nggak mau nolongin sih." pinta Audy memelas.

    Karena tak tega dengan wajah memelas ala bintang sinetron (emang iya), akhirnya kedua sohibnya itu meluluskan permintaannya yang kelewat batas. Jadi ceritanya adalah Audy akan berpura-pura menjadi cewek playgirl yang akan membuat calon tunangannya itu muak mampus. Pacarnya tak lain adalah Rangga dan Raddith. Yang pertama maju ke medan perang adalah Rangga karena Raddith masih sakit. Sebenarnya sih, Audy sempat takut dengan rencana gilanya ini. Bukan karena nantinya jika rencananya ini gagal tapi ia takut jika nantinya ia di cap sebagai artis papan atas yang Playgirl, suka gonta-ganti pacar. Tapi apapun resikonya acara pertunangannya itu harus batal. Titik.    Dengar-dengar dari papa, calon tunangan Audy ini adalah made in Indonesia cuman keluarannya dari Belanda. Ia pergi ke Belanda untuk melanjutkan S2-nya. Melihat ekspresi Audy, Kak Dion dan Kak Fira semakin gencar melayangkan serangan menggoda ala anak Alay. Huh, ngakunya aja sudah nikah dan punya anak semua tapi kok kelakuannya yang kayak anak-anak?! Mungkin karena perbedaan usia mereka yang terlalu pendek. Yup, Kak Dion, Kak Fira dan Audy, jarak usianya hanya satu tahun. Berarti setelah kelahiran KaK Dion, mama belum sempat mendapatkan datang bulan dan langsung mengandung Kak Fira. Kasusnya sama seperti kelahiran Audy. Widih, Audy sempet geli waktu mengingat hal itu. Dalam pikirannya adalah "Giat amat ya!".
    Hari Sabtu besok adalah hari "pertemuannya". Disana Audy akan dikenalkan dengan calon tunangannya itu, hanya sekedar berkenalan belum sampai tukar cincin segala. Ternyata hari itu begitu cepat datang. Malam pertemuan diadakan di hotel berbintang lima di daerah Kemang. Audy yang tak kala waktu itu menutup wajahnya dengan menggunakan topeng karena takut ketahuan pers, semakin nervous. Beda banget sama nerveous-nya waktu ia manggung di acara show. Ia memakai gaun berwarna putih bertatahkan berlian dari rancangan Zennita Boutique, belahan dadanya sedikit terlihat dengan punggung yang terbuka. Anggun tapi sedikit memunculkan kesan "sexy" dengan tatanan rambut yang diurai.
    Cowok itu bernama Reivalino Andreas, biasa di panggil Rei. Anak dari temen pemegang saham dan berpengaruh besar di perusahaannya papa. What? Anak dari temen pemegang saham dan berpengaruh besar di perusahaannya papa? Jantung Audy seperti di hujam beratus-ratus pisau belati. Ya, meskipun Rai itu ganteng, tajir, tapi Audy tetap nggak mau melepaskan masa lajangnya dulu. Apalagi Rei kok kelihatannya PLAYBOY ya??? Muka Audy yang topengnya sudah dilepas sedari tadi makin merah padam. Dilihatnya ke arah yang sedari tadi mengawasinya, Rei. Deg! Tepat pada sorot mata yang tajam. Mampus gue, kalau sampai ngecewain anak pemegang saham besar di perusahaan papa, benak Audy.
    Karena merasa nggak enak diperhatikan terus, akhirnya Audy berinisiatif pergi ke tempat di mana yang nggak ada cowoknya sekalipun. Yup, toilet cewek. Di sana ia menelpon dua sahabat karibnya Rangga dan Raddith. Gila, bener-bener gila umpatnya di telepon dengan Rangga. Rangga yang waktu itu lagi asiknya main PS mengiyakan saja kata-kata dari Audy. Akibatnya Audy jadi dongkol sedongkol-dongkolnya dengan sahabatnya yang satu ini. Beralihlah ia ke Raddith. Ups mungkin Audy lupa bahwa Raddith masih nggak bisa ngomong. Jadi tambah boring aja Audy di kacangin di telepon. Dan parahnya lagi, Audy baru sadar bahwa ia sudah dua jam di toilet cewek. "Mampus gue! Ntar gue dikira nggak ngehormati calon mertua gue lagi sama papa, ADUH!" batin Audy merutuk kesal.
    Sekeluarnya dari toilet cewek, tiba-tiba ia menabrak seorang cowok. Sehingga keseimbangan tubuhnya oleng dan ia hampir jatuh dalam posisi kayang. Ungtungnya cowok itu sigap menopang tubuh Audy dan memegang pinggangnya agar Audy tak terjatuh. Sontak seluruh tamu di acara itu menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. Terutama mama dan papa Audy. Masih shock karena hampir jatuh atau kaget karena diselamatkan oleh seorang Rei, Audy bengong-sebengong-bengongnya kurang lebih lima menit. Bibir Audy dan bibir Rei hanya berjarak sepuluh senti di depan mata. Pada menit keenam barulah Audy sadar dan mencoba melepaskan diri dari dekapan Rei.

"So..Sorry! Gue nggak sengaja. Loe jadi meluk gue di depan banyak orang deh."
"It's oke. Lagi pula ntar kalau kita sudah nikah loe juga gue peluk. Tapi bedanya di tempat yang sepi dan waktunya yang lama."

    Blush! Muka Audy memerah sekatika. Ac yang ada di ruangan itu seperti mati, panas menjalar di tubuh Audy. Rei meninggalkan Audy yang masih menahan malu dengan kerlingan mata menggoda. Melihat kelakuan anaknya, kedua papa dari masing-masing kedua belah pihak (Audy dan Rei), setuju untuk mempercepat pernikahan kedua anaknya. "Dasar para orang tua!" rutuk hati Audy semakin menjadi.
    Sepulangnya dari acara itu, Audy boring sejadi-jadinya. Wajahnya menjadi semerah tomat mengingat kata-kata Rei ketika menolongnya.  Masih dengan gaun pestanya, ia menjatuhkan diri ke tempat tidur. Pandangannya menerawang ke langit-langit kamar, lalu pergi menuju ke alam mimpi.    Esok harinya Rangga dan Raddith datang ke rumahnya. Audy yang menyambut kedua sohibnya itu dengan tampang awut-awutan, melenggang masuk ke ruang tamu. Didapatinya ke dua sahabatnya itu dengan suatu benda yang kecil dan tampak tak biasa. Baru sepuluh menit di ruang tamu, barulah Audy tersadar bahwa Raddirh sudah bisa ngomong dan sudah diperbolehkan pulang dai rumah sakit. Kedua sahabatnya itu menyodorkan masing-masing kotak yang mereka pegang. Setelah dibuka ternyata kotak itu berisi dua buah pasang cinicin dalam masing-masing kotak, yang tentunya model cincin tiap kotak berbeda. Rasa penasaran menggeliyuti batin Audy. Barulah ia tahu rencana sebenarnya, bahwa kedua cincin itu untuk bersandiwara bahwa nantinya Audy akan menjadi PLAYGIRL sejati yang sudah bertunangan dengan dua cowok sekaligus, yaitu dengan Raddith dan Rangga. Plus kalau ditambah pertunangannya dengan Rei, jadinya tiga pertunangan sekaligus. Wow. Tentunya semua itu hanya pura-pura belaka.
    Pada minggu pertama, semua rencana itu berjalan lancar ketika Audy lagi jalan bareng Rangga di Mall dan beruntungnya bertemu dengan Rei. Aksi sandiwara mereka berjalan dengan apik, dengan nada panggilan "sayang" yang keluar dengan kedua sejoli yang berpura-pura itu. Rei yang notabenya lagi jalan sendiri hanya bisa mengereyitkan dahi melihat aksi konyol mereka berdua. Lalu kemudian kejutan itupun datang.
    Cecillia Andaresta atau yang akrab dipanggil Cecil, mantan pacarnya Rei, tiba-tiba gabung bareng mereka bertiga. Dengan datang tak diundang dan langsung mencium pipi kanan Rei. Suasana semakin runyam ketika Cecil mengajak Rei untuk balikan lagi dengannya. Yang bikin pusing tujuh keliling adalah Cecil mengajak Rei untuk balikan di depan Audy. Rei yang kapok berpacaran dengan cewek super duper matre itu kagok harus ngomong apa, ditambah lagi ada Audy. "Bener kan, nih cowok PLAYBOY?!!" benak Audy. Beruntungnya Rei dapat menolak dengan halus, dengan mengatakan bahwa ia sudah punya tunangan. Saat ditanya siapa, Rei tak menjawab karena tangan Raddith melingkar mesra di pinggang Audy.    Minggu kedua, suasana yang bagus untuk bersandiwara. Berhubung mama dan papa lagi pergi keluar negeri, ke NEW YORK lebih tepatnya, untuk urusan bisnis, Audy langsung menelepon Raddith untuk datang ke rumahnya. Kak Dion dan Kak Fira sudah pisah dari mama dan papa, jadi yang tinggal di rumah itu hanyalah Audy. Ternyata yang tak disangka oleh Audy, papa telah menyiapkan bodyguard untuknya saat beliau tak ada di rumah. Bodyguard itu adalah Rei. Rei akan menginap di rumah Audy selama satu minggu. BUSET, makin mampyang aja nih urusannya kayak benang ruwet.
    Hal itu akan menambah masalah yang amat sangat berat saja, yaitu menimbulkan asumsi Rei bahwa hubungannya dengan Rangga sudah sangat kelewat dalam, mengingat Audy membawa masuk laki-laki ke rumah tanpa adanya ijin dari papa dan mama Audy. Oh, Audy yang malang.    Tiga bulan setelahnya, Audy hampir kena serangan jantung! Jelas ajalah, belum pacaran, belum tunangan, belum lamaran, udah disuruh kawin aja, ups salah, maksudnya nikah aja. Apalagi nikahnya sama Si Rei, PLAYBOY kelas KAKAP. Pak Penghulu sudah ada di ruang tamu beserta tamu yang hadir sekalian. Rumah sudah dihias dengan hiasan berkelas dan dibuat namapak mewah, meskipun aselinya sudah sangat mewah. Tak ketinggalan pula, para reporter, wartawan tv maupun majalah tabloid ikut nimbrung juga. Anjrit, bagi Audy. Rencananya GATOT abis. Dengan gaun super-duper mewah dan tatanan rambut ala kriting gantung berhiasan mahkota berlian bertudung pengantin, ia melenggang turun ke bawah didampingi mama dan Kak Fira tercinta. Rei sudah ada di depan Pak Penghulu siap mengucapijab kabul. Tu, wa, ga...

    "Gimana para saksi? Sah?"    "Sah!!!!"    "Alhamdullilah..."

    Hari itu artis papan atas kita sudah sah dipersunting oleh anak pengusaha ternama. Muka Audy pucat pasi kayak zombi yang belum makan orang tiga puluh tahun. Badanya lemas, letih, lesu (Halah terlalu mendramatisir -_-"). Audy menangkap sosok yang janggal pada acaranya kali itu. Raddith dan Rangga. Yah kedua sohibnya itu datang dengan muka bonyok. Audy segera mendatangi kedua sohibnya itu setelah acara ijab kabul selesai dan menyalami para tamu undangan yang hadir.    Ternyata, eh ternyata yang bikin bonyok kedua sahabatnya itu adalah Rei. Rangga dan Raddith ngaku kalau Rei tulus cinta dan sayang sama Audy. Rei cemburu abiz dan langsung meringkus Rangga dan Raddith sewaktu Audy sibuk syuting striping dan jarang ketemu ama mereka berdua.

    "Eamang gue yang ngehajar mereka. Ternyata loe cuman mau bikin kejutan aja ke gue. Dith, Ngga, sorry ya kalian jadi korbannya."    "Kejutan? Maksud loe?"    "Ya, kejutan. Loe pura-pura pacaran ama mereka berdua buat bikin gue muak dan jaleous abiz. Sayangnya itu berhasil, dan gue makin jatuh cinta sama loe. Gue cinta sama loe sewaktu pandangan pertama. Ya, waktu di hotel itu."
    "Gue...Gue..Huh..." (menghela nafas) "Oke, gue nyerah...Mungkin gue juga jatuh cinta sama loe... Dan mungkin juga sejak pandangan pertama. Dan mungkin juga karena gue malu ngakuin kalau gue juga ikut ketularan virus perjodohan kakak-kakak gue. Dan juga, akibat berita gossip yang waktu itu. Untuk itu gue minta tolong ke Rangga dsan Raddith buat bantuin gue mutusin pertunangan gue ama loe. Gue minta maaf."
    "Gak apa, semuanya udah lewat, Toh sekarang loe udah jadi isteri gue."
    Mendengar itu semua, Audy tersenyum bahagia dan menoleh pada kedua sahabtnya yang bonyok gila itu.
    "Guys, please tolongin gue!!! Jauhin gue dari suami gue karena gue gak sanggup sama pesonanya."
Rangga dan Raddith saling berpandangan dan menjawab serempak, "NO WAY!!!"
    Dan hari itu ditutup dengan tawa kebahagiaan mereka semua.


TAMAT.