Hey
Gadis!
Pagi yang cerah di SMA
Cinderawasih, menghasilkan semangat baru bagi siswa dan siswinya. Tak
terkecuali Aleta. Ia memang sangat menantikan hari ini. Hari ini ia akan
dilantik sebagi anggota OSIS pada saat Upacara Bendera. Dan tak tanggung-tanggung,
jabatan yang di embannya adalah jabatan Wakil Ketua OSIS. Sangat hebat memang,
mengingat bahwa baru kemarin ia menyelesaikan MOS. Ya, Aleta Alaira siswa kelas
sepuluh, yang langsung masuk peringkat ke 5 pada seleksi pertama anggota OSIS.
Gadis itu memang berbakat, mengingat ia sudah
mengalahkan kandidat-kandidat calon anggota lainnya yang rata-rata kelas
sebelas. Dan yang lebih ‘WOW’-nya lagi, pada seleksi kedua ia menduduki
peringkat pertama dan hanya ia satu-satunya calon anggota OSIS kelas sepuluh.
Yah meskipun jabatan Ketua OSIS bukan ia yang memegang tapi, ia sudah cukup
berbangga hati akan jabatan yang akan di serahkan kepadanya itu.
Upacara pelantikan
segera berlangsung. Dengan semangat 45, ia mengucapkan sumpah dan janjinya pada
organisasi sekolah itu. Selempang tanda pelantikan sudah dikenakannya, dengan
itu ia sudah resmi menjadi Wakil Ketua OSIS di SMA Cinderawasih. Ia menunjukan
senyum terindahnya pada kedua sahabatnya yang baru dikenalnya di SMA itu,
Andien dan Riska, yang berada di barisan pleton. Mereka sangat mendukung Aleta,
karena ia telah membawa nama baik kelas X-A, kelas mereka. Sebenarnya Andien
dan Riska juga kandidat calon pengurus OSIS, hanya sayang mereka gugur terlebih
dahulu pada seleksi pertama.
Seusai upacara pelantikan,
seluruh anggota OSIS akan mengadakan perkenalan diri di ruang rapat. Dengan
sigap, Aleta mengikuti kedua guru pembinanya menuju ruang tersebut. Jantung Aleta berdegup kencang ketika ia
melenggang masuk ke ruangan itu. Tapi karena suasana hatinya sedang baik,
dengan percaya diri ia menduduki kursi Wakil Ketua OSIS.
Andika Ramadenny atau
yang lebih dikenal dengan Denny adalaha Ketua OSIS baru di SMA Cinderawasih. Ia juga yang membuat
Aleta kagum karena KETOS-nya itu susah untuk dikalahkan pada tahap seleksi.
Tanpa ia sadari, gadis itu tersenyum menatap Sang Ketua. Denny yang sadar di
tatap seperti itu hanya bisa membalas senyum pada gadis yang tersenyum padanya.
Muka Aleta memerah karena malu. Jelas saja, karena ketidak sengajaannya ia
mendapatkan senyum dari seorang cowok alias Si Ketua OSIS. Akibatnya, pada saat memperkenalkan diri ia
jadi salah tingkah. Suaranya parau seperti orang sakit, pandangannya terarah ke
langit-langit ruangan dan ketika selesai, ia hanya tertunduk lesu.
Hari itu adalah hari
pertama sekolah setelah libur semester , wajar saja jika masih belum ada
pelajaran yang sibuk seperti biasanya. Jam sudah menunjukan pukul Sembilan
empat lima, dan para murid sudah boleh di pulangkan. Aleta sudah biasa pulang
bersama Riska karena memang rumah mereka berdekatan. Hati Aleta mencelos ketika
tahu rekan seperjalanannya ditambah dengan Denny. Rupanya rumah Sang Ketua OSIS
searah jalan dengannya. Aleta kembali tertunduk malu. Berbeda dengan Aleta,
Riska malah ngobrol santai dengan Denny. Seolah hubungan mereka berdua sudah
sangat dekat layaknya adik kakak.
Pandangan Aleta tertuju
di jalanan. Entah mengapa ada suatu perasaan yang aneh di hatinya. Perasaan
yang belum pernah ia rasakan sebelum melihat Riska dan Denny seakrab seperti
sekarang. Perasaan ingin diperhatikan, ingin diajak ngobrol dan perasaan
lainnya yang sulit di jelaskan. Apakah itu perasaan cemburu? Entahlah, Aleta
tidak tahu. Selama ini yang menjadi ambisinya adalah menjadi yang terbaik di
akademik maupun non-akademik. Hanya itu dan tak lebih. Aleta termasuk anak yang
penurut pada kedua orang tuanya jadi, sampai saat ini ia belum mengurusi
masalah ‘hati’-nya. Ia terlalu sibuk untuk membuat bangga kedua orang tuanya.
Mereka bertiga sudah sampai di persimpangan jalan. Dari situ Aleta dan Riska
berpisah jalur dengan Denny. Ada rasa lega di hati Aleta, entah mengapa.
Keesokan harinya
diadakan rapat OSIS untuk menentukan anggota OSIS yang dijadikan sebagai Sekbid
oleh Pengurus Harian OSIS. Pengurus Harian OSIS digawangi oleh kesepuluh anggota
OSIS teratas, termasuk Aleta. Dengat cermat ia mendengarkan rapat hari itu. Tak
henti-hentinya ia bertanya mengenai apa kekurangan pada rapat. Sehingga, ialah
yang paling tahu kelebihan dan kekurangan pada bahan rapat. Apalagi itu adalah
pembagian Sekbid. Salah taruh anak, bisa-bisa satu seksi bidang jadi kacau.
Sera adalah sekretaris
pada Pengurus Harian OSIS itu. Ia masih sama-sama berstatus kelas sepuluh
dengan Aleta. Tapi ia tak seberbakat Aleta, itu bisa dilihat karena ia tak
lolos tahap seleksi kedua Pemilihan OSIS. Jujur, Sera masih perlu bimbingan
daripada Aleta. Maka dari itu, Denny menugaskan Aleta untuk mendampingi Sera
dalam bertugas. Biar lebih beres dan akurat katanya. Jujur saja, Aleta sedikit
tersanjung karena Denny menugaskan dan memberikan kepercayaan padanya. Ia lebih
merasa diperhatikan dibandingkan kemarin sewaktu ia jalan bersama Riska.
Siang itu, Adzan Dhuhur
sudah dikumandangkan. Tak seperti biasanya, kini Aleta pergi sendirian ke
Mushala. Riska dan Andien tak ikut serta lantaran mereka berdua sedang
berhalangan. Mushala tampak sepi dari luar. Dengan mantap, gadis itu melenggang
masuk menuju pintu masuk Mushala. Rupanya di dalam sana, sudah ada Kak Fairus
dan Kak Abel sesama pengurus OSIS. Betapa senangnya Aleta karena ia mempunyai
teman untuk beribadah, apalagi itu adalah sesame pengurus OSIS. Sab pertama
sudah diisi beberapa murid kelas sebelas dan kelas dua belas. Sama halnya
dengan sab pertama, sab kedua juga begitu. Tinggal sab terakhir yang masi
kosong, yaitu sab ketiga. Aleta memutuskan untuk sholat di sab kedua, di tempat
sab yang masih kosong dan juga disamping Kak Fairus dan Kak Abel. Aleta menaruh
mukena dan langsung menuju keluar Mushala dan mencari tempat wudhu wanita di
sebelah Mushala. Setelah wudhu, ia langsung menuju sab-nya tadi dan
melaksanakan Sholat secarah berjamaah di-imami dengan guru agamanya, Pak
Sholiqin.
Sholat Dhuhur secara
berjamaah sudah selesai dilaksanakan. Aleta paling akhir membereskan mukenanya
karena tadi ia sempat berdo’a dan membaca beberapa ayat Al-Qur’an. Sebenarnya
tadi ia ditemani dengan Kak Fairus dan Kak Abel tapi, mereka berdua sudah
selesai terlebih dahulu ketimbang Aleta. Aleta menyuruh kedua kakak kelasnya
itu untuk pergi duluan menuju kelas mereka masing-masing. Tapi yang disangka Aleta
bahwa ia sendiri di Mushala itu, ternyata salah. Ada Denny Si Ketua OSIS di sab
bagian anak laki-laki yang baru juga melaksanakan Sholat Dhuhur. Ternyata Denny
harus mempersiapkan bahan untuk rapat besok di Ruang OSIS sehingga ia tak
sempat mengikuti Sholat Dhuhur berjama’ah. Jadilah ia Sholat Dhuhur sendiri.
Perasaan itu kembali menyelimuti hati Aleta.
Gadis itu tak menyapa Ketua OSIS-nya dan memilih diam. Mungkin ia
berpikir bahwa ia itu cewek dan cewek tak harus sepantasnya memulai duluan.
Tapi memulai untuk apa, ia juga tak tahu.
Sampailah gadis itu
ditangga Mushala. Ia sesegera mungkin memakai sepatu karena takut jam untuk
ISHOMA sudah selesai. Meskipun tangannya dengan cekatan memakai sepatu tapi
pandangannya kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu. Sampai tangan seseorang
menepuk pundaknya, barulah ia sadar. Denny, dialah pemilik tangan itu. Aleta
hanya bisa nyengir kuda ketika Denny menawarkan pergi bersama menuju kelas
mereka masing- masing. Ada secerca perasaan senang berkecambuk di hati Aleta
ketika mereka memasuki koridor sekolah. Rasa itu sangat nyaman, sangat senang
dan suka. Ya, kini Aleta tahu rasa apa yang di rasakan perasaannya ketika ia
selalu bersama dengan Denny. Karena
Aleta selalu suka. Suka dengan Denny.
Mungkin Aleta hanya bisa sampai di tahap itu saja, ia takut karena
sebelumnya ia belum pernah merasakan perasaan itu. Sampailah mereka berdua di
kelas X-A, kelas Aleta. Aleta segera masuk ke dalam kelas sedangkan Denny masih
terus jalan menuju kelasnya, XI-E.
Akhir pekan ini akan
diadakan Perkemahan Jum’at Sabtu, atau lebih dikenal dengan sebutan PERJUSA.
Itu adalah tradisi SMA Cinderawasih setelah dua bulan penerimaan murid baru.
Seluruh panitia berasal dari anggota OSIS. Bekerjasama dengan Dewan Pramuka,
mereka mempersiapkan acara itu dengan sematang mungkin. Nantinya akan diadakan
api unggun dengan pertunjukan pentas seni yang diikuti oleh seluruh murid. Murid
dari sekolah lain juga dapat menikmati acara itu dengan membeli tiket yang
sudah disediakan oleh panitia. Sedangkan unuk murid SMA Cinderawasih itu
sendiri gratis. Pertunjukan itu dimaksudkan untuk menggalang dana bagi
anak-anak jalanan yang buta aksara. Aleta mendapat tugas yang lumayan berat. Yaitu
menjadi Panitia Promosi. Untungnya ia bekerja sama dengan Kak Fairus, yang
memang jagonya untuk bernegosiasi.
Hari Rabu ini adalah
hari pertama untuk Aleta mengadakan promosi di sekolah-sekolah SMA lainnya.
Meskipun baru pertama kali, tapi Aleta cukup jago untuk mensosialisasikan acara
PENSI-nya itu mengingat dulu ia adalah seorang wartawan cilik. Jadi cara bicara
yang santai tapi menarik minat orang sudah ia hafal di luar kepala.
SMA Pekerti Luhur
adalah sekolah pertama yang mereka datangi. Untungnya acara promosi berjalan
dengan lancar dan cepat. Hasilnya pun cukup memuaskan berkat DUO OCEH (Aleta
dan Fairus). Faktor banyaknya yang membeli tiket pertunjukan lainnya adalah
karena tiketnya tergolong murah. Cukup dengan tiga ribu rupiah saja. Brosur
yang mereka edarkan juga menarik. Itu semua berkat Andre. Karena memang dari seluruh
anggota OSIS, dialah yang paling jago dalam bagian computer edit dan photoshop.
Jadi hasil karyanya super keren bak seorang editor professional. Denny tak
salah memberikan tugas bagian Panitia Kreasi Desain Grafis dan Tata Panggung
padanya.
Disana Aleta bertemu
dengan Flora. Ternyata gadis itu fleksibel banget. Selama acara promosi yang
diadakan saat jam istirahat, Flora dengan setia menemani Aleta dengan segala
ocehan-ocehan lucunya. Sampai akhirnya Flora cerita kalau ia juga mengenal
Denny. Flora dan Denny ternyata bertetangga. Mereka juga bersahabat sejak
kecil. Meskipun mereka beda sekolah tetapi komunikasi mereka tetap bersambung
sesampainya di rumah. Timbul niat di benak Aleta unuk mengorek keterangan
tentang Denny lebih dalam. Tak disangka-sangka, gadis yang sedang bercerita di
depannya adalah pacar Denny sendiri. Flora sendiri yang bilang padanya. Senyum
mengembang di bibir Aleta tapi, hatinya sedang menangis. Sedih.
Bel di Pekerti Luhur
sudah berdentang. Itu artinya selesai sudah acara promosi yang diadakan Aleta
dengan Fairus. Dengan menatap kepergian Flora, bersamaan juga ia juga sudah
mengubur dalam-dalam rasa sukanya pada Denny. Aleta merasa tak pantas. Flora
begitu cantik dan anggun. Ia juga mengenakan jilbab. Kalem rasanya. Ia
merasakan selama ia berada disamping Flora, hatinya merasa senang. Mungkin itu
juga yang dirasakan Denny sehingga ia menjadikan gadis itu pacarnya. ‘Betapa
beruntungnya Kak Denny memiliki pacar seperti itu. Dibanding aku, aku sama
sekali tak mengenakan jilbab. Mengaji saja aku jarang bahkan lebih
tersendat-sendat.’ Hal itulah yang ada di benak Aleta selama ia membereskan
stand promosi.
Hari promosi sudah
usai. SMA Pekerti Luhur, SMA Tunas Bangsa, SMA St. Melania, SMA Abdi Bangsa dan
SMA Kasih Bunda sudah dilahap habis oleh DUO OCEH. Hari ini mereka sudah bisa
menikmati hasilnya. Ya, hari ini adalah hari dimana PERJUSA itu dilaksanakan.
Aleta sedang
berbincang-bincang dengan Vanesha, sahabatnya selama di OSIS, ketika Denny
datang menggandeng Flora dan mengenalkannya ke seluruh anak buahnya di OSIS. Flora
hanya bisa tersipu malu ketika Denny memperkenalkannya sebagai pacarnya di
hadapan anak-anak. Perasaan aneh
berkecambuk di hati Aleta. Cemburu. Andai saja dialah yang digandeng Denny dan
diperkenalkan sebagai pacar ke seluruh anggota OSIS. Pastilah dia sudah amat
sangat senang. Belinda Flora Cantika Liberty atau yang dikenal dengan Flora,
memanglah sangat cantik. Memang Aleta dan Flora sama-sama tinggi dan sama-sama
putih. Wajah mereka sama-sama unik karena memang sama-sama keturunan Indo-Bule.
Flora keturunan Bule NEW YORK dari ayahnya, sedangkan Aleta keturunan Bule
Belanda dari ibunya. Tapi cantik tidak hanya dari muka kan? Dari segi sikap dan
kepribadian juga bisa membuat seseorang menjadi cantik.
Aleta pergi meninggalkan
panggung setelah acara pembuka sukses terlaksana. Ia pergi menuju Ruang Osis,
sendirian. Ia tak tahu bahwa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.
Setelah sampai, ia langsung menjatuhkan diri ke sofa hijau yang paling empuk
disana. Derap langkah kecil seseorang tak begitu ia sadari, masuk ke dalam
Ruang Osis yang sama dengannya. Aleta memejamkan matanya. Mulutnya
berkomat-kamit seperti sedang curhat. Tak terasa, air mata menetes jatuh dari
pinggir matanya.
Tangan seseorang
menghapus jejak air mata itu. Nyaman dan dingin. Saat ia membuka mata, yang
terlihat hanyalah muka Denny. Sudah gila pikirnya sampai ia berhalusinasi
seperti itu, pikirnya. Tetapi gadis itu salah. Itu benar-benar Denny. Dan
sedari tadi, mulutnya berkomat-kamit bahwa ia suka dengan cowok itu. Aleta
terkesiap. Ia langsung berdiri. Menyadari ada tatapan aneh dari Denny, ia
langsung bergegas meninggalkan Ruangan Osis. Tak disangka, ada suara yang
melantunkan sebuah jawaban.
“Maaf. Kalau selama ini
aku membuat kamu suka sama aku. Kupikir, kamu akan menganggap aku sebagai kakak
kelasmu saja. Tapi ternyata dugaanku salah. Sebenarnya, aku juga suka sama
kamu. Tapi rasa sukaku hanyalah sebatas sahabat, adik dan teman satu OSIS.
Nggak lebih. Karena aku, sudah punya Flora. Gadis itu baik, aku tak tega jika
menyakiti perasaannya. Kamu… Mau mengerti kan?”
Menceloslah hati Aleta.
Denny sudah tahu, akibat kecerobohannya. Tapi ia lega. Bahwa ada sedikit rasa Denny suka padanya. Meskipun
rasa itu sedikit sekali dan hanya sebatas teman dan adik.
“Aku tahu, Kak. Aku juga suka sama Kak Flora. Ia
cantik, anggun, kalem. Pantas memang jika Kakak lebih suka dia ketimbang sama
aku. Aku… Aku selalu saja mengejar bayangan yang tak kasat mata. Mengejar
bayangan seseorang, yang orang itu sendiri pun juga sedang mengejar sesuatu. Ia
terus berlari dengan aku yang ada di belakangnya. Ia tak pernah menoleh ke
belakang. Sehinggah yang kudapatkan hanyalah bayangannya saja. Andai , orang
itu mendapatkan apa yang ia inginkan dan sejenak saja menoleh ke belakang, ke arahku.
Aku pasti sudah amat senang. Aku senang karena dia tahu, bagaimana usahaku
untuk dapat meraihnya. Meskipun ushaku itu tak pernah berhasil. Aku ingin dia
tahu, bahwa aku bekerja keras untuk mendapatkan cintanya. Aku selalu mengejar
bayanganmu Kak.”
Denny,
ia begitu takjub mendengar ucapan Aleta. Tubuhnya terasa kaku. Lidahnya kelu
dan pilu. Pemuda itu tak bisa berkata apa-apa lagi sesaat ketika Aleta pergi
meninggalkannya. Hatinya bertambah berat ketika tahu Aleta tetap memasang
senyum tulus padanya. Meskipun ia tahu, hati gadis itu pasti sangat sakit.
Denny melangkah gontai ke arah ruang OSIS.
Denny berhenti di depan
pintu masuk ruang OSIS saat ia mendengar suara orang yang menangis. Flora, ya
itu suara Flora. Dengan tergesa-gesa Denny masuk kedalam. Dilihatnya Ima yang
mencoba menenangkan Flora. Dan ketika Flora tahu bahwa Denny melihatnya, Flora
segera pergi keluar dari ruang OSIS. Denny sudah berkali-kali memanggil namanya
tapi Flora tetap saja tak menoleh kebelakang. Dengan sangat penasaran Denny
bertanya pada Ima, anak buah OSIS-nya.
“Dia mendengar percakapanmu
dengan Aleta. Entah mengapa meskipun dia kekasihmu, tetapi ia merasakan rasa
sakit yang dialami Aleta. Ia bisa melihat, bahwa pancaran mata Aleta menandakan
bahwa ia jujur. Ia tulus mencintai kalian berdua, kamu dan Flora. Meskipun
mencintaimu sama artinya dengan rasa sakit, tapi Aleta tetap mengungkapkannya
dan ia bertahan menahan rasa sakit itu. Flora merasa, Aleta lebih pantas berada
disampingmu.”
Bagaikan disambar petir
ribuan watt saat Ima mengatakannya. Itu sama artinya dengan Flora
menyerahkannya pada orang lain. Tidak. Denny tetap mencintai Flora meskipun
Aleta mencintainya. Tak akan ia biarkan bunganya jauh darinya. Ia sungguh
mencintai Flora. Detik itu juga Denny mengejar Flora. Naas Flora keluar gerbang
sekolah dan tak melihat bahwa ada truk yang datang dari arah kanan jalan. Tubuh
gadis cantik itu terhempas begitu saja beberapa meter kedepan. Membuat Denny
berteriak bagai meregang nyawa.
Sudah satu minggu
semenjak kepergian Flora untuk selamanya. Hal itu membuat Denny dirundung duka
yang amat dalam. Ia tak menyangka akan begini akhirnya. Ia juga jadi membenci
Aleta. “Menyingkir kamu, kembalikan Flora” ucapnya. Pemuda itu menyalahkan
Aleta habis-habisan, bahkan sampai anggota OSIS lainnya harus melerai Denny
yang ingin menampar Aleta. Sedangkan Aleta hanya bisa memandang hampa, seakan
yang ada hanya sebuah tubuh tanpa jiwa. Ia tak menangis, tapi hanya diam sambil
menatap datar Denny yang sedang kalap di depannya.
Semenkjak saat itu
Aleta jarang hadir di pertemuan rapat OSIS. Denny selalu marah-marah, ingin
rasanya pemuda itu mengeluarkan Aleta, tetapi ia tak bisa. Ia orang yang
sportif, ia tak bisa mengeluarkan anggotanya begitu saja karena masalah
pribadi.
Tiba saatnya pekan
refreshing yang diadakan sekolah setiap satu bulan sekali. Setiap kelas wajib
menampilkan satu buah karya drama. Tapi ketika di tengah-tengah acara kelas X-A
yang menampilkan drama Puri Salju, lampu padam. Lampu itu kembali menyala
dengan tatanan lampu dan setting yang berbeda… Menampilkan Aleta dengan senyum
sendunya, menyanyikan sebuah lagu dari Rihana, Diamond in the sky. Di
belakangnya, terlihat layar LCD proyektor menampilkan foto Flora.
“Untuk yang paling
disayangi di dunia ini Flora…
Flora, Aku tahu kamu
mendengarku diatas sana… Aku melalui lagu ini, ingin meminta maaf padamu…
Mungkin karena aku, kamu pergi,.. Pergi jauh tak pernah kembali… Tapi aku
yakin, hatimu seindah dan seharum namamu,… Ku mohon maafkan aku…”
Denny terpaku
mendengarnya…
“Dan untuk menebus kesalahanku kepada
seseorang disini yang begitu menyayangi Flora,.. Hari ini aku akan menyingkir
dari hidupnya, persis apa yang ia katakan dulu padaku. Hari ini akan menjadi
hari terakhirku di sekolah ini, aku pindah. Untuk seluruh teman-teman, maafkan
aku jika aku pernah salah kepada kalian, baik sengaja maupun tidak disengaja ”
Seluruh penonton
mendadak hening. Aleta turun dari panggung, namun tak beberapa terdengar suara
Denny
“Tunggu… Kamu, aku
benci kamu! Setelah kamu mengambil Flora, kamu mau pergi begitu saja, hah? Kamu
harus tanggung jawab. Kenapa setelah membuat For a pergi, kamu juga mengambil
hati aku, kenapa kamu membuat aku jatuh cinta dengan senyuman tulusmu itu??? Memikirkanmu
seolah-olah aku manusia terjahat di dunia membuat senyummu sendu seperti itu.”
Mendengarkan itu semua,
Aleta hanya bisa tersenyum sambil menangis
“Kumohon jangan
pergi..I love you”
“I love you too”
Dan seketika semua
orang bersorak dan mengelu-elukan nama keduanya, bahkan para guru pun juga
ikut-ikutan. Akhir yang bahagia untuk
Aleta, ia juga tak jadi pindah dari sekolah itu. Dan siluet seseorang berparas
cantik sedang tersenyum menyaksikan kedua orang itu berpelukan dengan haru.
‘Aleta, ku titip Denny
padamu… Jaga cinta tulusmu untuknya…”
Bersamaan dengan itu,
siluet Flora berganti menjadi cerah dan hangatnya mentari pagi.
TAMAT.