Kamis, 11 Juli 2013

My Cerpen : Cowok Bukan Cewek


COWOK BUKAN CEWEK

Kubercerita tentang cinta… Tentang suatu hal yang tak biasa, tentunya unjuk jenis dan anak sepertiku. Mereka memanggilku ‘Cotix’, yang berarti cowok cantik. Sungguh aku tak suka dengan sebutan itu. Kuakui memang pahatan yang ada pada wajahku sangat cantik, tapi tentu aku tidak bisa berbangga diri dengan statusku berjenis kelamin cowok.
            Namaku Reihan Arjuna Putra, umurku baru 17 tahun. Aku mempunyai saudara kembar cewek bernama Rihana Srikandi Putri, atau yang biasa kupanggil Kak Ana. Tentunya sudah jelas darimana aku mendapatkan wajah yang imut jelita ini. Tak lain dan tak bukan karena wajahku adalah wajah cewek milik kakak kembarku. Kadang aku bertanya pada mama, ‘kenapa aku mendapat wajah cewek?’ dan mama hanya bisa mengelus kepalaku dengan lembut.
            Satu lagi masalah dalam hidupku yang membuat aku gerah dalam masa remaja. Aku LEBIH BANYAK ditaksir COWOK ketimbang CEWEK. Bayangin gak tuh betapa puyengnya kepalaku. Alasan cowok-cowok sinting itu adalah karena sikapku yang kalem yang baik gak kayak iblis preman kakak cewekku yang satu itu, plus ditambah aku mempunyai wajah cewek. Dan waktu aku tanya apa mereka udah gak waras karena naksir cowok, jawaban yang kudapat tak kalah gak warasnya! Masa mereka bilang: “ Toh, masih cinta monyet! Ntar kalau udah waktunya cinta beneran kita balik ke asal kok, kita itu masih doyan cewek. Cuman masalahnya elo sih, punya wajah kok cantik gitu. Coba aja kakak loe, si Ana, itu bandelnya bisa ketulungan, kita-kita pasti gak ngejar elo kok, tapi ngejar kakak loe.” Buju Buset!
            Sebenarnya aku lagi suka dengan anak, dan tentunya CEWEK bukan COWOK! Jangan kalian kira wajahku cewek jadi orientasi seksualku juga ikut berubah yah! Enggak, aku masih normal.  Tapi apesnya, pas aku nembak dia, eh dianya malah nolak aku dengan alasan yang sungguh kejam. Dia bilang dia nggak mau dibilang aneh dan menjurus ke lesbi gara-gara pacaran ama ‘Cotix’ kayak aku. Huhuhuhu… Kalau gini sih namanya udah jatuh ketimpa tangga pula, uda ditolak dikatain pula. Ih, sebel! Kenapa sih gue punya wajah Kak Ana? Kenapa gak Kak Ana aja yang punya wajah gue ???
            Hari ini adalah pelajaran Bu Sekar. Bu Sekar itu selain baik dia itu juga cantik bro. Banyak anak cowok yang kegirangan kalau pas pelajaran IPS, pelajarannya Bu Sekar. Termasuk, ehem, aku. Hehehehehe… Namanya juga cowok dalam masa puber.Tapi pagi ini ada sesuatu yang beda dengan Bu Sekar. Dia datang ke kelas nggak sendiri, tapi ditemeni cowok yang kebule-bulean, alias blasteran. Rupanya cowok itu anak baru pindahan dari Thailand. What? Thailand??? Wow, import dong, hehehehe.
Namanya Mark Achivat Milmen. Nih bocah ngakunya sih keturunan Thailand-Indonesia dari ibunya, Jerman dari bapaknya. Well, wajah nih bocah sih 11-12 sama idolanya cewek yang gue taksir, Mario Maurer. Nah, yang paling bikin dongkol- seikan dongkol  (eh salah, itu ikan tongkol ya? ) adalah… Nih bocah bilang kalau dia punya cinta pertama sewaktu masuk kelas ini. Semua anak cewek yang keganjenan langsung girang aja dan para cowoknya langsung BETE GILA. Terus tuh cowok dengan polosnya langsung nunjuk ke arah aku, AKU!!! Bayangin man, gimana muka gue gak merah tuh karena malu. Eh, dianya juga langsung nyelonong duduk di bangku sebelah aku yang emang kosong, Anjrit! Satu kelas pada melongo karena nih bocah urat malunya uda putus.
“Hey, my name is Mark. What your name my beautiful lady?”
“Arrghhh!!! Listen to me you jerk! I’m a boy, and i not beautiful.  I’m hand some you know!“
Aku nggak sadar kalau seisi kelas dari tadi memperhatikan kami berdua.  Begitu aku selesai ngomong begitu ke Mark, eh sialannya mereka semua malah tertawa. Teman aku yang udah aku anggap kayak sodara sendiri, Andi, aja tega ngatain aku. Katanya mata gue uda soak karena gak bisa bedain mana wajah yang cakep mana wajah yang cantik. Jelas-jelas wajah gue wajahnya  Kak Ana, ya pasti cantiklah. Tapi kan aku masih punya yang namanya gengsi. Masa cowo kayak aku harus ngaku kalau aku cantik, bisa dikira banci ntar.
Bu Sekar yang aduhai sungguh anggun itu menengahi anak sekelas yang pada ketawa. Beliau dengan lemah gemulainya bak Putri Solo yang mau manten, memulai pelajaran. Aku masih sebel gara-gara si Mark gak mau pindah ke tempat duduknya si Selvi, primadonannya kelas. Ya meskipun aku akui Cuma parasnya aja yang ‘primadona’ tapi hatinya, beuh, lebih kejam daripada cambuk malaikat. Nah sayangnya, dulu aku kok bisa ya kesambet cinta ama itu cewek.
Padahal tempat duduknya si Selvi itu strategis banget, Roni kapten basket aja ngincer tempat duduk itu terus. Selain karena ada si Selvi, tempat itu jelas buat lihat papan pelajaran. Pertanyaannya, kemanakah si Roni sehingga tempat duduk sebelah Selvi kosong??? Jawabannya karena beberapa menit yang lalu Selvi uda ngusir itu bocah ke tempat duduknya Andre, yah karena ada Mark tentunya.
Selama pelajarannya Bu Sekar aku bête gila. Aku nggak nyaman merhatiin paras cantiknya Bu Sekar, eh, maksudku pelajarannya Bu Sekar karena, diperhatiin terus sama si Mark. Arggghhhh…. Aku bisa gila kalau begini terus.
Akhirnya aku harus rela melepas paras ayu Bu Sekar yang digantikan dengan paras killernya Pak Somad, si guru Bahasa Inggris. Pak Somad memberikan tugas yang lumayan gampang kali ini,.. TAPI GAK BUAT AKU. Mungkin yang punya kepribadian melankolis atau romantis dapat mengerjakan tugas ini dengan mudah karena beliau memberikan tugas : Make a portrait with your heart. And Absolutly the portrait use theme a romantic school. Buju buset, Pak Somad kayaknya lagi ngalamin yang namanya puber ke 2.
Oke, ini gawat. Pelajaran Pak Somad itu paling anti dapat nilai dibawah KKM. Sekalipun cuman satu aja, pasti udah jadi bulan-bulanannya beliau. Dengan ucapan basmalah aku mulai menulis kata-dengan kata yang amat gaje dan garing sekali maknanya. Berharap Allah mau menjabah doa aku yang mengharapkan Dewi Fortuna hadir menemaniku dan Malaikat Malik yang langsung mengirim Mark ke dalm neraka karena tatapan anehnya itu.
Setelah semua anak selesai mengarjakan tugasnya, Mark si murid pindahan ketiban (entah apa namanuya, sial atau malah beruntung?) tugas untuk membacakan puisinya di depan kelas. Sungguh AKU MAU MATI rasanya ketika ia membacakan puisinya yang ternyata di tujukan untuk… AKU!!! Aku yakin banget kalau mukaku uda semerah kepiting rebus, tinggal di kasih kecap asin, terus dimakan deh pake nasi… Pasti enak :P #Woi, benang merah!!!
Oke, balik ke cerita awal. Ketika bel uda berbunyi, aku menganggap semua ini akan berakhir. Aku secara suka rela akan pindah ke sebelah bangku Andi. Tapi ternyata si Mark malah menghalangi aku. Dia ngikutin aku dengan cara memindah-mindahkan tas teman-temanku yang aku mau dudukin sebangku dengan digantikan tas dia sendiri. Teman-temanku tentu protes karena aksi yang aku lancarkan membuat mereka tak nyaman. Mereka nggak memarahi si Mark karena dia masih murid baru, cakep pula.
Dan well, aku kembali bernasib duduk bersama si Mark muka topeng. Aku naik pitam banget waktu dia nanya privasi aku sampai celana dalam apa yang saat ini aku pakai. Dasar  Mark si bule edan. Aku berulang kali mendeklarasikan kepadanya bahwa aku adalah seorang COWO dan dia seharusnya nggak ngikutin atau kepo banget tentang urusan pribadi aku kalau dia nggak mau dianggap aneh.
Aku serasa meregang nyawa ketika anak ini bilang dengan lantang dan bersuara keras  sehingga kedengaran anak sekelas kalau dia nggak percaya bahwa aku adalah cowo. WHAT THE HELL??? Dia melanjutkan bahwa aku adalah seorang LESBI yang nyamar jadi cowo demi mendapatkan seorang CEWE… Mampus gila, wajah aku pasti uda biru pucet mirip ketemu sama malaikat pencabut nyawa. Ini anak kolotnya gak ketulungan. Aku seakan-akan brdiri di tepi tebing yang dalem banget karena melihat anak-anak sekelas yang menatap aku dengan tatapan ‘apa mungkin iya?’, bahkan si kupret Andi juga melayangkan tatapan yang sama. Woy sadar, kita sohiban aja uda dari kecil, pake kamar mandi aja juga pernah berdua dasar loe blo’on bener jadi anak.
Hari itu adalah hari terlambat yang pernah aku rasain gara-gara ada si Mark si bule edan. Beruntung banget sewaktu istirahat kedua tadi ada Kak Ana yang datang ke kelas dengan tingkah konyolnya bin ajaib yang buat aku ketawa-ketiwi. Si Mark cengo banget waktu tahu aku kembar sama Kak Ana. Dan kesempatan itu aku buat untuk menjelaskan bahwa Kak Ana itu CEWE sehingga si Mark bisa ngecengin dia aja ketimbang aku yang seorang COWO.
Setelah istirahat kedua usai, si Mark sikapnya anteng banget. Dia nggak natap wajah aku lagi dengan tatapan mupeng. Aku bersyukur dan berpikir bahwa ia udah mulai ‘sadar’. Dan sekolah untuk hari itupun terlewati.
Pulang ke rumah aku dikejutkan dengan hal yang paling aku sukai. Mama memasak semur daging kesukaan aku. Sebenarnya sih nggak cuman masakan satu itu aja. Ada banyak banget makanan di meja makan. Katanya papa yang kebetulan lagi libur kerja, rumah kita bakalan kedatengan tamu teman papa dulu sewaktu kuliah S-2 di Jerman. Sebenarnya sih perasaan aku agak gak enak mendengar kata ‘Jerman’ karena mengingatkan aku dengan si Mark bule abal-abal itu. Tapi semua perasaan itu langsung hilang karena papa bilang tamunya itu special buat Kak Ana yang nakalnya na’udzubila.
Bagaikan tersambar ribuan watt petir rasanya ketika tahu bahwa ternyata tamu makan malam keluarga kami adalah keluarganya si Mark. Kak Ana juga sempat bingung dengan memasang tampang cengo mampus. Tapi kecengoannya langsung lenyap dan gak ambil pusing. Sedangkan aku ? Jangan ditanya lagi, aku sudah suntuk edan.
Acara makan malam berlangsung seru. Om Hans, papanya Mark sekaligus teman papa, bercerita tentang kejadian lucu dulu ketika mereka berdua (sama papa) kuliah di salah satu universitas ternama di Jerman. Entah itu Om Hans sendiri yang masuk selokan, papa yang ditabok cewek ketika salah nembak, dan hal gokil lainnya. Tiba saatnya hal serius yang dibicarakan.
Entah aku bahagia tau apa ketika mendengar kakak kembar aku satu-satunya akan ditunangkan dengan Mark si bule abal. Katanya sih juga sebagai pemersatu kedua perusahaan yang sedang ada kontrak kerja sama. Kak Ana yang tipikal temper langsung marah dan menggebrak meja bersamaan dengan Mark. Lho, kok bareng? Ternyata nasib sial masih gak jauh-jauh juga dari aku.
Mark nggak setuju kalau dia yang akan ditunangkan dengan Kak Ana karena dia sudah punya gebetan lain, sedangkan Kak Ana sendiri nggak mau kalau kehidupan pribadi (terutama asmaranya dia) digangguin sama campur tangan orang tua. Aku hanya menjadi pendengar setia saat itu. Keluarga Om Hans maupun papa nggak bisa marah ke lain pihak keluarga karena kedua anak mereka sama-sama nggak setuju.
Aku tercengang ketika Om Hans bertanya kepada Mark kenapa dia tiba-tiba nggak mau dijodohkan sama Kak Ana, padahal dulu sewaktu fotonya Kak Ana ditunjukan ke Mark, dianya setuju. Dan jawabannya tak lain dan tak bukan adalah karena Mark uda terlanjur love in first sigh with me. WHAT, GILE BENER…!!! Dia dengan seenak udelnya bilang ke semua orang yang ada di ruangan itu kalau dia mau dijodohin aja sama aku. Sampai detik ini pun dia nggak percaya kalau aku adalah COWO, Mama, Papa dan Kak Ana hanya bisa masang tampang blo’on sambil mulut menganga. Keluarganya si Mark bule edan juga sama cengonya.
Aku yang uda kehabisan akal, langsung menarik tangan Mark untuk pergi ke kamar mandi. Biar dia tahu kalau gue sama dia juga SEJENIS. Tapi dianya nggak mau, dia bilang kita masih bukan muhrim. Anjrit. Gila……!!! ARGGGHH….  Pengen gantung diri rasanya.
 Memang aku dan Kak Ana bermuka sama, tapi kepribadian kami berbeda. Dari pertama Mark masuk ke sekolah aku dan Kak Ana juga karena perjodohan itu. Sewaktu ia sekelas sama aku ia langsung suka sama kepribadianku (padahal aku nggak ngapa-ngapain, dasar bule edan) Ia langsung menyatakan cintanya saat perkenalan tanpa tahu aku Kak Ana atau bukan. Jadi intinya dia cuman mau nikah sama aku. Begitulah cerita Mark di depan seluruh keluarga.
Kedua keluarga sempat bingung mau gimana. Mark demi perjodohannya dengan aku berhasil, dia membisikan sesuatu ke telinga Om Hans. Nggak lama setelah itu, Om Hans mengajak papa keluar sebentar untuk membicarakan sesuatu. Sekembalinya Om Hans dan papa, keluarga Om Hans pamit undur diri, soal pertunangan ini akan dibicarakan di lain waktu.
Sepeninggal keluarga Om Hans, papa mengadakan rapat keluarga. Kak Ana masih memasang wajah ditekuk dengan banyak perempatan yang berkedut di jidatnya. Dan kaputusan papa seakan membuat aku tertancap ribuan pisau belati. Beliau setuju untuk menikahkan aku dengan Mark bulan depan di Thailand karena utang perusahaan papa yang menumpuk pada perusahaan Om Hans. Jika hal itu tak disetujui maka semua aset milik papa akan disita dan papa juga akan masuk penjara.
Kak Ana dan Mama seakan syok seketika. Dan aku jangan ditanya lagi, aku uda pingsan saat itu. Memang sih banayak banget pernikahan sejenis di Thailand, tapi jangan gitu juga dong. Masak ngorbanin aku demi perusahaan, aku nggak mau, hiks… Tapi begitu meihat tampang susah papa dan mama, serta Kak Ana yang seketika merubah raut mukanya menjadi psikopat tukang jagal orang dengan ketawa khas Mrs. Kunti (Hyyy,, serem) yang mau ngebantai keluarganya Om Hans, aku mau nggak mau setuju akan pemaksaan pernikahan gender itu.
Tak terasa sudah satu bulan berlalu. Kini aku beserta keluarga besarku  (Papa dengan wajah yang melas, mama yang menangis dengan hidung yang beler, Kak Ana yang membawa pisau daging ukuran jumbo untuk ngebantai orang) sudah berada di kediaman keluarganya Om Hans, di Thailand tentunya. Dan upacara pernikahan itupun berlalu. Kini aku sudah menjadi isterinya si bule edan. Kupastikan kamu akan menyesal Mark, karena aku adalah COWO bukan CEWE lihat aja ntar. Tiba saatnya mempelai pria mencium mempelai wanita. Mark uda monyongin bibirnya kea rah aku, tinggal beberapa hitungan lagi pasti nempel deh itu bibir…satu…dua…. Ti…
KRING…. KRING…KRING…
“Waaaa!!!” Aku terbangun dari tempat tidurku dengan keringat bercucuran persis habis dikejar setan. Aku bersyukur ternyata aku cuman mimpi buruk tentang bule edan yang ngejar-ngejar aku. Segera aku mematikan jam alarm yang ada di nakas di samping tempat tidur. Ku timang-timang jam itu, kupeluk serta kucium (Oke, lebay) karena ia telah menjadi malaikat pembangun dari mimpi burukku.
Aku segera beranjak dari tempat tidur dan memulai ritual pagiku, mandi. Setelah itu seperti biasa aku meluncur keruang makan sambil menenteng si Item, tas kesayanganku. Sarapan telah ludes masuk ke perut, kini saatnya aku dan Kak Ana berangkat sekolah dianter papa (Sekalian mau ke kantor). Tak lupa kami berdua (aku dan Kak Ana) salim, cipika-cipiki sama mama, biar nggak durhaka kaya si Malin.
Sampai di sekolah aku dan Kak Ana pisah kelas. Aku segera melenggang masuk ke kelasku yang kebetulan sudah banyak anaknya karena emang bentar lagi uda bel masuk kelas. Aku semangat banget karena hari ini pelajarannya Bu Sekar yang wow, harum mewangi sedap dipandang orangya. Persis banget sama namanya, Sekar. Oh Bu, seandainya ibu lebih muda 8 tahun (Bu Sekar umurnya 25) pasti saya langsung nembak ibu.
Bel masuk sekolah sudah berbunyi. Anak sekelas dengan khidmat duduk di tempatnya masing-masing. Aku yang entah mengapa menjatuhkan si Ijo, karet gelang kesayanganku yang selalu kupakai di tangan kanan (semua benda kesayanganku selalu kukasih nama) langsung kuambil di bawah bangku. Hal itu bertepatan dengan datangnya Bu Sekar dengan seseorang.
“Anak-anak, hari ini kalian mendapat teman baru. Silakan kamu memperkenalkan diri kamu di depan kelas.”
Aku yang mempunyai perasaan tak enak langsung mendongakan kepala dari bawah bangsu sehabis mengambil si Ijo.
“Hy Friend’s my names is Mark Achivat Milmen. I’m blaster Indo-Thai-German. I from Bangkok , Thailand. Nice to see you all. “
Wajah yang sama, suara yang sama dan…
“AAA…AAA…AAA” teriakku membahana di seluruh penjuru kelas, bahakan sekolah. Seketika itu pandanganku mulai menghitam, pingsan.

TAMAT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar