COWOK
BUKAN CEWEK
Kubercerita tentang
cinta… Tentang suatu hal yang tak biasa, tentunya unjuk jenis dan anak
sepertiku. Mereka memanggilku ‘Cotix’, yang berarti cowok cantik. Sungguh aku
tak suka dengan sebutan itu. Kuakui memang pahatan yang ada pada wajahku sangat
cantik, tapi tentu aku tidak bisa berbangga diri dengan statusku berjenis
kelamin cowok.
Namaku
Reihan Arjuna Putra, umurku baru 17 tahun. Aku mempunyai saudara kembar cewek
bernama Rihana Srikandi Putri, atau yang biasa kupanggil Kak Ana. Tentunya
sudah jelas darimana aku mendapatkan wajah yang imut jelita ini. Tak lain dan
tak bukan karena wajahku adalah wajah cewek milik kakak kembarku. Kadang aku
bertanya pada mama, ‘kenapa aku mendapat wajah cewek?’ dan mama hanya bisa
mengelus kepalaku dengan lembut.
Satu
lagi masalah dalam hidupku yang membuat aku gerah dalam masa remaja. Aku LEBIH
BANYAK ditaksir COWOK ketimbang CEWEK. Bayangin gak tuh betapa puyengnya
kepalaku. Alasan cowok-cowok sinting itu adalah karena sikapku yang kalem yang
baik gak kayak iblis preman kakak cewekku yang satu itu, plus ditambah aku
mempunyai wajah cewek. Dan waktu aku tanya apa mereka udah gak waras karena
naksir cowok, jawaban yang kudapat tak kalah gak warasnya! Masa mereka bilang:
“ Toh, masih cinta monyet! Ntar kalau udah waktunya cinta beneran kita balik ke
asal kok, kita itu masih doyan cewek. Cuman masalahnya elo sih, punya wajah kok
cantik gitu. Coba aja kakak loe, si Ana, itu bandelnya bisa ketulungan,
kita-kita pasti gak ngejar elo kok, tapi ngejar kakak loe.” Buju Buset!
Sebenarnya
aku lagi suka dengan anak, dan tentunya CEWEK bukan COWOK! Jangan kalian kira
wajahku cewek jadi orientasi seksualku juga ikut berubah yah! Enggak, aku masih
normal. Tapi apesnya, pas aku nembak
dia, eh dianya malah nolak aku dengan alasan yang sungguh kejam. Dia bilang dia
nggak mau dibilang aneh dan menjurus ke lesbi gara-gara pacaran ama ‘Cotix’
kayak aku. Huhuhuhu… Kalau gini sih namanya udah jatuh ketimpa tangga pula, uda
ditolak dikatain pula. Ih, sebel! Kenapa sih gue punya wajah Kak Ana? Kenapa
gak Kak Ana aja yang punya wajah gue ???
Hari
ini adalah pelajaran Bu Sekar. Bu Sekar itu selain baik dia itu juga cantik
bro. Banyak anak cowok yang kegirangan kalau pas pelajaran IPS, pelajarannya Bu
Sekar. Termasuk, ehem, aku. Hehehehehe… Namanya juga cowok dalam masa
puber.Tapi pagi ini ada sesuatu yang beda dengan Bu Sekar. Dia datang ke kelas
nggak sendiri, tapi ditemeni cowok yang kebule-bulean, alias blasteran. Rupanya
cowok itu anak baru pindahan dari Thailand. What? Thailand??? Wow, import dong,
hehehehe.
Namanya Mark Achivat Milmen.
Nih bocah ngakunya sih keturunan Thailand-Indonesia dari ibunya, Jerman dari
bapaknya. Well, wajah nih bocah sih 11-12 sama idolanya cewek yang gue taksir,
Mario Maurer. Nah, yang paling bikin dongkol- seikan dongkol (eh salah, itu ikan tongkol ya? ) adalah… Nih
bocah bilang kalau dia punya cinta pertama sewaktu masuk kelas ini. Semua anak
cewek yang keganjenan langsung girang aja dan para cowoknya langsung BETE GILA.
Terus tuh cowok dengan polosnya langsung nunjuk ke arah aku, AKU!!! Bayangin
man, gimana muka gue gak merah tuh karena malu. Eh, dianya juga langsung
nyelonong duduk di bangku sebelah aku yang emang kosong, Anjrit! Satu kelas
pada melongo karena nih bocah urat malunya uda putus.
“Hey, my name is Mark.
What your name my beautiful lady?”
“Arrghhh!!! Listen to
me you jerk! I’m a boy, and i not beautiful. I’m hand some you know!“
Aku nggak sadar kalau
seisi kelas dari tadi memperhatikan kami berdua. Begitu aku selesai ngomong begitu ke Mark, eh
sialannya mereka semua malah tertawa. Teman aku yang udah aku anggap kayak
sodara sendiri, Andi, aja tega ngatain aku. Katanya mata gue uda soak karena
gak bisa bedain mana wajah yang cakep mana wajah yang cantik. Jelas-jelas wajah
gue wajahnya Kak Ana, ya pasti
cantiklah. Tapi kan aku masih punya yang namanya gengsi. Masa cowo kayak aku
harus ngaku kalau aku cantik, bisa dikira banci ntar.
Bu Sekar yang aduhai
sungguh anggun itu menengahi anak sekelas yang pada ketawa. Beliau dengan lemah
gemulainya bak Putri Solo yang mau manten, memulai pelajaran. Aku masih sebel
gara-gara si Mark gak mau pindah ke tempat duduknya si Selvi, primadonannya
kelas. Ya meskipun aku akui Cuma parasnya aja yang ‘primadona’ tapi hatinya,
beuh, lebih kejam daripada cambuk malaikat. Nah sayangnya, dulu aku kok bisa ya
kesambet cinta ama itu cewek.
Padahal tempat duduknya
si Selvi itu strategis banget, Roni kapten basket aja ngincer tempat duduk itu terus.
Selain karena ada si Selvi, tempat itu jelas buat lihat papan pelajaran.
Pertanyaannya, kemanakah si Roni sehingga tempat duduk sebelah Selvi kosong???
Jawabannya karena beberapa menit yang lalu Selvi uda ngusir itu bocah ke tempat
duduknya Andre, yah karena ada Mark tentunya.
Selama pelajarannya Bu
Sekar aku bête gila. Aku nggak nyaman merhatiin paras cantiknya Bu Sekar, eh,
maksudku pelajarannya Bu Sekar karena, diperhatiin terus sama si Mark.
Arggghhhh…. Aku bisa gila kalau begini terus.
Akhirnya aku harus rela
melepas paras ayu Bu Sekar yang digantikan dengan paras killernya Pak Somad, si
guru Bahasa Inggris. Pak Somad memberikan tugas yang lumayan gampang kali
ini,.. TAPI GAK BUAT AKU. Mungkin yang punya kepribadian melankolis atau
romantis dapat mengerjakan tugas ini dengan mudah karena beliau memberikan
tugas : Make a portrait with your heart. And Absolutly the portrait use theme a
romantic school. Buju buset, Pak Somad kayaknya lagi ngalamin yang namanya
puber ke 2.
Oke, ini gawat.
Pelajaran Pak Somad itu paling anti dapat nilai dibawah KKM. Sekalipun cuman
satu aja, pasti udah jadi bulan-bulanannya beliau. Dengan ucapan basmalah aku
mulai menulis kata-dengan kata yang amat gaje dan garing sekali maknanya.
Berharap Allah mau menjabah doa aku yang mengharapkan Dewi Fortuna hadir
menemaniku dan Malaikat Malik yang langsung mengirim Mark ke dalm neraka karena
tatapan anehnya itu.
Setelah semua anak
selesai mengarjakan tugasnya, Mark si murid pindahan ketiban (entah apa
namanuya, sial atau malah beruntung?) tugas untuk membacakan puisinya di depan
kelas. Sungguh AKU MAU MATI rasanya ketika ia membacakan puisinya yang ternyata
di tujukan untuk… AKU!!! Aku yakin banget kalau mukaku uda semerah kepiting
rebus, tinggal di kasih kecap asin, terus dimakan deh pake nasi… Pasti enak :P #Woi,
benang merah!!!
Oke, balik ke cerita
awal. Ketika bel uda berbunyi, aku menganggap semua ini akan berakhir. Aku
secara suka rela akan pindah ke sebelah bangku Andi. Tapi ternyata si Mark
malah menghalangi aku. Dia ngikutin aku dengan cara memindah-mindahkan tas
teman-temanku yang aku mau dudukin sebangku dengan digantikan tas dia sendiri.
Teman-temanku tentu protes karena aksi yang aku lancarkan membuat mereka tak
nyaman. Mereka nggak memarahi si Mark karena dia masih murid baru, cakep pula.
Dan well, aku kembali
bernasib duduk bersama si Mark muka topeng. Aku naik pitam banget waktu dia
nanya privasi aku sampai celana dalam apa yang saat ini aku pakai. Dasar Mark si bule edan. Aku berulang kali
mendeklarasikan kepadanya bahwa aku adalah seorang COWO dan dia seharusnya
nggak ngikutin atau kepo banget tentang urusan pribadi aku kalau dia nggak mau
dianggap aneh.
Aku serasa meregang
nyawa ketika anak ini bilang dengan lantang dan bersuara keras sehingga kedengaran anak sekelas kalau dia
nggak percaya bahwa aku adalah cowo. WHAT THE HELL??? Dia melanjutkan bahwa aku
adalah seorang LESBI yang nyamar jadi cowo demi mendapatkan seorang CEWE…
Mampus gila, wajah aku pasti uda biru pucet mirip ketemu sama malaikat pencabut
nyawa. Ini anak kolotnya gak ketulungan. Aku seakan-akan brdiri di tepi tebing
yang dalem banget karena melihat anak-anak sekelas yang menatap aku dengan
tatapan ‘apa mungkin iya?’, bahkan si kupret Andi juga melayangkan tatapan yang
sama. Woy sadar, kita sohiban aja uda dari kecil, pake kamar mandi aja juga
pernah berdua dasar loe blo’on bener jadi anak.
Hari itu adalah hari
terlambat yang pernah aku rasain gara-gara ada si Mark si bule edan. Beruntung
banget sewaktu istirahat kedua tadi ada Kak Ana yang datang ke kelas dengan
tingkah konyolnya bin ajaib yang buat aku ketawa-ketiwi. Si Mark cengo banget
waktu tahu aku kembar sama Kak Ana. Dan kesempatan itu aku buat untuk
menjelaskan bahwa Kak Ana itu CEWE sehingga si Mark bisa ngecengin dia aja
ketimbang aku yang seorang COWO.
Setelah istirahat kedua
usai, si Mark sikapnya anteng banget. Dia nggak natap wajah aku lagi dengan
tatapan mupeng. Aku bersyukur dan berpikir bahwa ia udah mulai ‘sadar’. Dan
sekolah untuk hari itupun terlewati.
Pulang ke rumah aku
dikejutkan dengan hal yang paling aku sukai. Mama memasak semur daging kesukaan
aku. Sebenarnya sih nggak cuman masakan satu itu aja. Ada banyak banget makanan
di meja makan. Katanya papa yang kebetulan lagi libur kerja, rumah kita bakalan
kedatengan tamu teman papa dulu sewaktu kuliah S-2 di Jerman. Sebenarnya sih
perasaan aku agak gak enak mendengar kata ‘Jerman’ karena mengingatkan aku
dengan si Mark bule abal-abal itu. Tapi semua perasaan itu langsung hilang
karena papa bilang tamunya itu special buat Kak Ana yang nakalnya na’udzubila.
Bagaikan tersambar
ribuan watt petir rasanya ketika tahu bahwa ternyata tamu makan malam keluarga
kami adalah keluarganya si Mark. Kak Ana juga sempat bingung dengan memasang
tampang cengo mampus. Tapi kecengoannya langsung lenyap dan gak ambil pusing.
Sedangkan aku ? Jangan ditanya lagi, aku sudah suntuk edan.
Acara makan malam berlangsung
seru. Om Hans, papanya Mark sekaligus teman papa, bercerita tentang kejadian
lucu dulu ketika mereka berdua (sama papa) kuliah di salah satu universitas
ternama di Jerman. Entah itu Om Hans sendiri yang masuk selokan, papa yang
ditabok cewek ketika salah nembak, dan hal gokil lainnya. Tiba saatnya hal
serius yang dibicarakan.
Entah aku bahagia tau
apa ketika mendengar kakak kembar aku satu-satunya akan ditunangkan dengan Mark
si bule abal. Katanya sih juga sebagai pemersatu kedua perusahaan yang sedang
ada kontrak kerja sama. Kak Ana yang tipikal temper langsung marah dan
menggebrak meja bersamaan dengan Mark. Lho, kok bareng? Ternyata nasib sial
masih gak jauh-jauh juga dari aku.
Mark nggak setuju kalau
dia yang akan ditunangkan dengan Kak Ana karena dia sudah punya gebetan lain,
sedangkan Kak Ana sendiri nggak mau kalau kehidupan pribadi (terutama asmaranya
dia) digangguin sama campur tangan orang tua. Aku hanya menjadi pendengar setia
saat itu. Keluarga Om Hans maupun papa nggak bisa marah ke lain pihak keluarga
karena kedua anak mereka sama-sama nggak setuju.
Aku tercengang ketika
Om Hans bertanya kepada Mark kenapa dia tiba-tiba nggak mau dijodohkan sama Kak
Ana, padahal dulu sewaktu fotonya Kak Ana ditunjukan ke Mark, dianya setuju.
Dan jawabannya tak lain dan tak bukan adalah karena Mark uda terlanjur love in
first sigh with me. WHAT, GILE BENER…!!! Dia dengan seenak udelnya bilang ke
semua orang yang ada di ruangan itu kalau dia mau dijodohin aja sama aku. Sampai
detik ini pun dia nggak percaya kalau aku adalah COWO, Mama, Papa dan Kak Ana
hanya bisa masang tampang blo’on sambil mulut menganga. Keluarganya si Mark
bule edan juga sama cengonya.
Aku yang uda kehabisan
akal, langsung menarik tangan Mark untuk pergi ke kamar mandi. Biar dia tahu
kalau gue sama dia juga SEJENIS. Tapi dianya nggak mau, dia bilang kita masih
bukan muhrim. Anjrit. Gila……!!! ARGGGHH…. Pengen gantung diri rasanya.
Memang aku dan Kak Ana bermuka sama, tapi
kepribadian kami berbeda. Dari pertama Mark masuk ke sekolah aku dan Kak Ana
juga karena perjodohan itu. Sewaktu ia sekelas sama aku ia langsung suka sama
kepribadianku (padahal aku nggak ngapa-ngapain, dasar bule edan) Ia langsung
menyatakan cintanya saat perkenalan tanpa tahu aku Kak Ana atau bukan. Jadi
intinya dia cuman mau nikah sama aku. Begitulah cerita Mark di depan seluruh
keluarga.
Kedua keluarga sempat
bingung mau gimana. Mark demi perjodohannya dengan aku berhasil, dia membisikan
sesuatu ke telinga Om Hans. Nggak lama setelah itu, Om Hans mengajak papa
keluar sebentar untuk membicarakan sesuatu. Sekembalinya Om Hans dan papa,
keluarga Om Hans pamit undur diri, soal pertunangan ini akan dibicarakan di
lain waktu.
Sepeninggal keluarga Om
Hans, papa mengadakan rapat keluarga. Kak Ana masih memasang wajah ditekuk
dengan banyak perempatan yang berkedut di jidatnya. Dan kaputusan papa seakan
membuat aku tertancap ribuan pisau belati. Beliau setuju untuk menikahkan aku
dengan Mark bulan depan di Thailand karena utang perusahaan papa yang menumpuk
pada perusahaan Om Hans. Jika hal itu tak disetujui maka semua aset milik papa
akan disita dan papa juga akan masuk penjara.
Kak Ana dan Mama seakan
syok seketika. Dan aku jangan ditanya lagi, aku uda pingsan saat itu. Memang
sih banayak banget pernikahan sejenis di Thailand, tapi jangan gitu juga dong.
Masak ngorbanin aku demi perusahaan, aku nggak mau, hiks… Tapi begitu meihat
tampang susah papa dan mama, serta Kak Ana yang seketika merubah raut mukanya
menjadi psikopat tukang jagal orang dengan ketawa khas Mrs. Kunti (Hyyy,,
serem) yang mau ngebantai keluarganya Om Hans, aku mau nggak mau setuju akan
pemaksaan pernikahan gender itu.
Tak terasa sudah satu
bulan berlalu. Kini aku beserta keluarga besarku (Papa dengan wajah yang melas, mama yang
menangis dengan hidung yang beler, Kak Ana yang membawa pisau daging ukuran
jumbo untuk ngebantai orang) sudah berada di kediaman keluarganya Om Hans, di
Thailand tentunya. Dan upacara pernikahan itupun berlalu. Kini aku sudah
menjadi isterinya si bule edan. Kupastikan kamu akan menyesal Mark, karena aku
adalah COWO bukan CEWE lihat aja ntar. Tiba saatnya mempelai pria mencium
mempelai wanita. Mark uda monyongin bibirnya kea rah aku, tinggal beberapa
hitungan lagi pasti nempel deh itu bibir…satu…dua…. Ti…
KRING….
KRING…KRING…
“Waaaa!!!” Aku
terbangun dari tempat tidurku dengan keringat bercucuran persis habis dikejar
setan. Aku bersyukur ternyata aku cuman mimpi buruk tentang bule edan yang
ngejar-ngejar aku. Segera aku mematikan jam alarm yang ada di nakas di samping
tempat tidur. Ku timang-timang jam itu, kupeluk serta kucium (Oke, lebay)
karena ia telah menjadi malaikat pembangun dari mimpi burukku.
Aku segera beranjak
dari tempat tidur dan memulai ritual pagiku, mandi. Setelah itu seperti biasa
aku meluncur keruang makan sambil menenteng si Item, tas kesayanganku. Sarapan
telah ludes masuk ke perut, kini saatnya aku dan Kak Ana berangkat sekolah
dianter papa (Sekalian mau ke kantor). Tak lupa kami berdua (aku dan Kak Ana)
salim, cipika-cipiki sama mama, biar nggak durhaka kaya si Malin.
Sampai di sekolah aku
dan Kak Ana pisah kelas. Aku segera melenggang masuk ke kelasku yang kebetulan sudah
banyak anaknya karena emang bentar lagi uda bel masuk kelas. Aku semangat
banget karena hari ini pelajarannya Bu Sekar yang wow, harum mewangi sedap
dipandang orangya. Persis banget sama namanya, Sekar. Oh Bu, seandainya ibu
lebih muda 8 tahun (Bu Sekar umurnya 25) pasti saya langsung nembak ibu.
Bel masuk sekolah sudah
berbunyi. Anak sekelas dengan khidmat duduk di tempatnya masing-masing. Aku yang
entah mengapa menjatuhkan si Ijo, karet gelang kesayanganku yang selalu kupakai
di tangan kanan (semua benda kesayanganku selalu kukasih nama) langsung kuambil
di bawah bangku. Hal itu bertepatan dengan datangnya Bu Sekar dengan seseorang.
“Anak-anak, hari ini kalian
mendapat teman baru. Silakan kamu memperkenalkan diri kamu di depan kelas.”
Aku yang mempunyai
perasaan tak enak langsung mendongakan kepala dari bawah bangsu sehabis
mengambil si Ijo.
“Hy Friend’s my names is
Mark Achivat Milmen. I’m blaster Indo-Thai-German. I from Bangkok , Thailand. Nice
to see you all. “
Wajah yang sama, suara
yang sama dan…
“AAA…AAA…AAA”
teriakku
membahana di seluruh penjuru kelas, bahakan sekolah. Seketika itu pandanganku
mulai menghitam, pingsan.
TAMAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar